Kisah Nabi Yahya Alaihis Salam (2-Habis)
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan karamah, kesejahteraan dan keselamatan kepada nabi Yahya ‘alaihis salam di saat-saat yang dirasaka...
http://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2016/09/kisah-nabi-yahya-alaihis-salam-2.html
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan karamah, kesejahteraan dan keselamatan kepada nabi Yahya ‘alaihis salam di saat-saat yang dirasakan berat bagi manusia pada umumnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا [مريم: 15]
Artinya: “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali”. (QS. Maryam: 15)
Saat-saat yang dirasakan berat oleh manusia pada umumnya adalah ketika ia dilahirkan, ketika ia mati dan ketika ia dibangkitkan dari kubur menuju mahsyar. Saat-saat ini adalah saat perpindahan manusia dari satu alam ke alam yang lain. Saat dimana manusia tertimpa kebingungan, kegelisahan dan kesusahan, karena ia tidak pernah tahu sebelumnya alam yang akan ia jalani, serta tidak pernah tahu apa yang akan menimpa dirinya.
Oleh sebab itu seorang bayi seketika menangis saat dilahirkan, karena harus menjalani masa-masa ujian yang menjadi penetu nasibnya pada alam selanjutnya.
Saat meninggal manusia juga akan merasakan kesusahan karena ia harus meninggalkan gemerlap kehidupan duniawi. Saat mati manusia merasakan kegelisahan karena harus berhadapan dengan malaikat Mungkar dan Nakir sebagai hakim baginya yang akan menentukan apakah kebahagiaan atau adzab kubur yang akan didapatkannya.
Kegelisahan semakin menjadi, manakala sangkakala kedua malaikat Israfil didengungkan yang menjadi pertanda perpindahannya kepada alam akhirat, alam terakhir, alam yang menjadi rumah abadi bagi kebahagian atau kesengsaraannya.
Dengan demikian, Nabi Yahya selamat dari gangguan syetan saat beliau dilahirkan, selamat dari fitnah qubur saat ia wafat dan selamat dari dahsyatnya peristiwa akhirat dan dari siksa hari kiamat.
Nabi Yahya putera nabi Zakariya mengajak kalangan Bani Israil untuk beribadah kepada Allah dan mengamalkan syariat Kitab Taurat dengan kebijaksanaan dan nasehat yang baik. Beliau diperintah Allah untuk mengamalkan lima kalimat dan mengajarkanya kepada Bani Israil. Beliau lalu mengumpulkan mereka di Baitul Maqdis, sehingga masjid itu penuh sesak dengan mereka. Setelah mengungkapkan syukur kepada Allah dan memujinya, beliau bersabda kepada mereka: “Sesungguhnya Allah memerintahkanku lima untuk mengamalkan lima kalimat dan mengajarkannya kepada kalian. Pertama: Menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatupun. Kedua: Melakukan Shalat. Ketiga mengeluarkan shadaqah. Keempat: Berdzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah. Dan kelima: Melindungi diri dari Syetan dengan berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala”.
Nabi Yahya Wafat
Ada banyak versi mengenai wafatnya nabi Yahya. Riwayat yang masyhur mengatakan bahwa Nabi Yahya wafat setelah dibunuh oleh Bani Israil atas perintah raja mereka, penguasa Palestina raja Herodes. Pada asalnya raja Herodes memuliakan nabi Yahya. Ia selalu mendatangi majlis beliau dan mengajak beliau bermusyawarah tentang semua persoalannya. Suatu ketia ia hendak mengawini seorang perempuan yang sangat cantik bernama Herodia. Ia adalah anak tiri raja, bukan anak kandungnya. Raja Herodes yang sudah begitu mencintai perempuan itu merembukkan rencananya kepada nabi Yahya. Nabi Yahya menjawab bahwa perkawinan itu adalah larangan dalam syariat mereka.
Ketika Ibu Herodia mendengar kabar larangan nabi Yahya atas rencana perkawinan Raja Herodes dengan putrinya, ia marah dan timbul dendam dalam hatinya. Ia pun merencanakan sesuatu untuk membunuh nabi Yahya. Si Ibu mendandani putrinya dengan dandanan yang menarik dan memakaikannya pakaian yang baik, lalu menyuruhnya menghadap raja Herodes dan menari di hadapanya hingga mampu menguasai pikirannya. Ia juga menyuruh anaknya itu meminumkan khamr hingga ia mabuk dan meminta untuk melayani nafsunya.
Perintah itu dilakukan dan apa yang direncanakan berhasil. Raja Herodes meminta Herodia melayani nafsunya. Tetapi perempuan lacur itu tidak mau kecuali raja memenuhi segala permintaannya. Raja berkata: “Apa yang kau inginkan?”.
Perempuan itu menjawab: “Aku ingin kepala Yahya dibawa kesini!”.
“Celakalah kamu! Mintalah yang lain”.
“Tidak! Aku tidak menginginkan yang lain”.
Raja tetap tidak mau hingga syetan menghiasi nafsunya melalui tipu daya perempuan itu. Raja Herodes lalu memerintahkan memenggal kepala Nabi Yahya dan mendatangkan kepalanya ke istana, dengan darah yang masih menetes.
Perempuan itu berkata: “Hari ini aku bahagia!”.
Allah subhanahu wa ta’ala maha merencakan segalanya dan mampu melakukannya. Allah membalas perbuatan terkutuk Herodia itu. Saat perempuan itu menaiki istananya, ia jatuh terhempas ke bumi di sambut serigala-serigala yang kelaparan. Tubuhnya digerogoti gigi-gigi tajam serigala-serigala itu sementara kedua matanya menatap apa yang terjadi, hingga akhirnya serigala-serigala itu menghabisi kedua matanya.
Saat dipenggal, Nabi Yahya dalam keadaan shalat. Darahnya menetes jatuh ke tanah lalu mengalir di atasnya. Darah itu terus mengalir tidak mau berhenti hingga seorang perempuan menunjukkan aliran darah itu kepada Bukhtunashr raja Damaskus dan mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang raja bersumpah demi darah itu akan membunuh 70.000 orang Bani Israil yang telah berkhianat kepada nabi Yahya. Sumpah dilaksanakan. Darah pun berhenti mengalir.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman mengutuk Bani Israil :
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ * كَانُواْ لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ * تَرَى كَثِيرًا مِّنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنفُسُهُمْ أَن سَخِطَ اللّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ [المائدة: 78-80]
Artinya: “Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (QS. Al-Maidah: 78-80)
Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa sesudah nabi Yahya terbunuh, para murid beliau datang, merawat dan mengubutkan jenazahnya. Lalu mereka menghadap nabi Isa dan mengabarkan kewafatannya. Nabi Isa begitu sangat sedih akan terbunuhnya nabi Yahya.
Mengenai tempat dimakamkannya nabi Yahya, para ulama berbeda pendapat. Dikatakan bahwa kepala beliau dimakamkan di Damaskus di tempat yang sekarang berdiri Masjid Umawiy. Ada yang mengatakan di Aleppo. Dikatakan lagi, sebagian jasadnya terkubut di Beirut di dalam Masjid Umari. Wallahu A’lam