Tiga Penyakit Mematikan
Dalam diri manusia terdapat empat macam sifat, yaitu sifat buas, sifat binatang, sifat setan dan sifat ketuhanan. Keempat sifat tersebut sem...
http://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2011/07/tiga-penyakit-mematikan.html
Dalam diri manusia terdapat empat macam sifat, yaitu sifat buas, sifat binatang, sifat setan dan sifat ketuhanan. Keempat sifat tersebut semuanya ada di dalam hati. Dari keempat macam sifat itu yang tergolong sifat yang baik adalah hanya sifat ketuhanan dan yang lain adalah sifat yang tercela. Maka, dalam hati manusia terdapat banyak sifat-sifat tercela. Jalan untuk membersihkannya sangat panjang dan sarana untuk mengobatinya sulit didapatkan.
Banyak ilmu pengetahuan tentang tata cara menghindarkan diri dari sifat-sifat tersebut serta usaha untuk melakukannya hilang dari diri seseorang, akibat kelalaian terhadap dirinya sendiri dan kesibukannya akan keindahan-keindahan dunia. Sifat-sifat tercela dalam hati ini menurut Imam Al-Ghazali adalah satu diantara empat perkara yang merusakkan.
Ada tiga sifat tercela yang bersemayam dalam hati, dimana ketiganya banyak mengalahkan orang-orang yang berpendidikan di masa kini. Ketiga sifat ini adalah sifat yang paling parah dan menjadi induk dari semua sifat-sifat hati yang tercela. Tiga sifat itu adalah sifat iri-dengki (hasud), riya' dan bangga diri (ujub).
Dalam posting kali ini akan dijelaskan sedikit dua sifat saja, yakni hasud dan riya. Untuk bangga diri (ujub) bisa anda baca di : http://www.mutakhorij-assunniyyah.co.cc/2010/11/bagaimana-nasib-kita.html
Ketika kita memulai jalan untuk memberantas segala bentuk sifat-sifat tercela, maka pintu utama yang harus kita lewati adalah mengalahkan ketiga sifat tersebut. Mengalahkannya adalah pekerjaan yang sangat berat, dan membutuhkan pengerahan seluruh tenaga. Jika kita tidak mampu mengalahkannya maka tidak ada jalan lagi untuk meneruskan langkah perjalanan.
Jangan pernah menyangka niatan kita telah benar dan tulus, selama dalam hati masih ada sebutir debu sifat hasud, riya dan bangga diri. Rasulullah SAW. bersabda :
"Ada tiga perkara yang membinasakan, yaitu sifat kikir yang dipatuhi, keinginan nafsu yang diikuti dan kebanggaan diri seseorang".
Sifat hasud bercabang dari sifat kikir di atas kebutuhan orang lain. Hasud adalah perasaan berat dalam hati seseorang akan adanya nikmat Allah pada orang lain, hingga berharap dan berusaha nikmat tersebut hilang, meski dirinya tidak mendapatkan sesuatu dari apa yang telah ia usahakan. Inilah sifat yang paling buruk hingga Rasulullah bersabda bahwa sifat hasud memakan kebaikan, seperti api membakar kayu bakar.
Penyakit hasud akan selalu menyiksa seseorang selamanya hingga ia mati. Bagaimana tidak, selama masih hidup ia akan selalu menyaksikan orang lain mendapatkan nikmat dari Allah SWT. Di akhirat, siksa pedih yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, akan selalu menemaninya.
Hendaknya kita sadar umat islam satu dengan umat islam yang lain bagaikan sebuah badan. Jika satu anggota badan itu sakit, maka seluruh badan akan merasakannya. Seharusnya kita tahu bahwa umat islam satu dengan yang lain bagaikan bangunan, dimana antara bagian-bagian bangunan harus saling memperkuat. Sementara sifat hasud adalah penyakit yang akan menghancurkannya.
Harus kita ketahui bahwa seorang hamba tidak akan sampai kepada hakikat iman, jika ia tidak mencintai orang islam lain, seperti halnya ia mencintai dirinya sendiri. Ketika kita tidak mengetahui dan menyadari hal ini, maka usaha kita dalam mencari keselamatan dari kebinasaan akibat perasaan hasud adalah lebih penting dari pada menyibukkan diri mencari sesuatu yang lain.
Riya' adalah syirik khofiy (samar). Riya' ialah mencari perhatian dalam hati orang lain untuk mendapatkan pangkat dan kedudukan. Sementara cinta kedudukan adalah salah satu bentuk menuruti hawa nafsu. Kebanyakan manusia celaka akibat menuruti hawa nafsu. Maka tiada yang dapat membuat celaka seseorang kecuali dirinya sendiri.
Jika kita sadar akan sebuah kenyataan, maka kita akan tahu bahwa tidak ada yang mendorong kita kepada usaha mencari ilmu, melakukan ibadah dan kebanyakan perbuatan-perbuatan sehari-hari, kecuali hanya perasaan ingin diperhatikan orang lain. Padahal perasaan ini akan menghapus pahala amal perbuatan itu sendiri, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa ada seorang syahid di hari kiamat diperintan oleh Allah masuk neraka. Ia pun berkata: "Ya Allah! Aku mati syahid di jalanMu". Allah berfirman: "Tidak! Engkau hanya ingin orang lain berkata bahwa engkau seorang pemberani".
Wallahu A'lam
Sumber : Bidayatul Hidayah
Banyak ilmu pengetahuan tentang tata cara menghindarkan diri dari sifat-sifat tersebut serta usaha untuk melakukannya hilang dari diri seseorang, akibat kelalaian terhadap dirinya sendiri dan kesibukannya akan keindahan-keindahan dunia. Sifat-sifat tercela dalam hati ini menurut Imam Al-Ghazali adalah satu diantara empat perkara yang merusakkan.
Ada tiga sifat tercela yang bersemayam dalam hati, dimana ketiganya banyak mengalahkan orang-orang yang berpendidikan di masa kini. Ketiga sifat ini adalah sifat yang paling parah dan menjadi induk dari semua sifat-sifat hati yang tercela. Tiga sifat itu adalah sifat iri-dengki (hasud), riya' dan bangga diri (ujub).
Dalam posting kali ini akan dijelaskan sedikit dua sifat saja, yakni hasud dan riya. Untuk bangga diri (ujub) bisa anda baca di : http://www.mutakhorij-assunniyyah.co.cc/2010/11/bagaimana-nasib-kita.html
Ketika kita memulai jalan untuk memberantas segala bentuk sifat-sifat tercela, maka pintu utama yang harus kita lewati adalah mengalahkan ketiga sifat tersebut. Mengalahkannya adalah pekerjaan yang sangat berat, dan membutuhkan pengerahan seluruh tenaga. Jika kita tidak mampu mengalahkannya maka tidak ada jalan lagi untuk meneruskan langkah perjalanan.
Jangan pernah menyangka niatan kita telah benar dan tulus, selama dalam hati masih ada sebutir debu sifat hasud, riya dan bangga diri. Rasulullah SAW. bersabda :
ثلاث مهلكات ، شح مطاع ، وهوى متبع ، وإعجاب المرء بنفسه
"Ada tiga perkara yang membinasakan, yaitu sifat kikir yang dipatuhi, keinginan nafsu yang diikuti dan kebanggaan diri seseorang".
Sifat hasud bercabang dari sifat kikir di atas kebutuhan orang lain. Hasud adalah perasaan berat dalam hati seseorang akan adanya nikmat Allah pada orang lain, hingga berharap dan berusaha nikmat tersebut hilang, meski dirinya tidak mendapatkan sesuatu dari apa yang telah ia usahakan. Inilah sifat yang paling buruk hingga Rasulullah bersabda bahwa sifat hasud memakan kebaikan, seperti api membakar kayu bakar.
Penyakit hasud akan selalu menyiksa seseorang selamanya hingga ia mati. Bagaimana tidak, selama masih hidup ia akan selalu menyaksikan orang lain mendapatkan nikmat dari Allah SWT. Di akhirat, siksa pedih yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, akan selalu menemaninya.
Hendaknya kita sadar umat islam satu dengan umat islam yang lain bagaikan sebuah badan. Jika satu anggota badan itu sakit, maka seluruh badan akan merasakannya. Seharusnya kita tahu bahwa umat islam satu dengan yang lain bagaikan bangunan, dimana antara bagian-bagian bangunan harus saling memperkuat. Sementara sifat hasud adalah penyakit yang akan menghancurkannya.
Harus kita ketahui bahwa seorang hamba tidak akan sampai kepada hakikat iman, jika ia tidak mencintai orang islam lain, seperti halnya ia mencintai dirinya sendiri. Ketika kita tidak mengetahui dan menyadari hal ini, maka usaha kita dalam mencari keselamatan dari kebinasaan akibat perasaan hasud adalah lebih penting dari pada menyibukkan diri mencari sesuatu yang lain.
Riya' adalah syirik khofiy (samar). Riya' ialah mencari perhatian dalam hati orang lain untuk mendapatkan pangkat dan kedudukan. Sementara cinta kedudukan adalah salah satu bentuk menuruti hawa nafsu. Kebanyakan manusia celaka akibat menuruti hawa nafsu. Maka tiada yang dapat membuat celaka seseorang kecuali dirinya sendiri.
Jika kita sadar akan sebuah kenyataan, maka kita akan tahu bahwa tidak ada yang mendorong kita kepada usaha mencari ilmu, melakukan ibadah dan kebanyakan perbuatan-perbuatan sehari-hari, kecuali hanya perasaan ingin diperhatikan orang lain. Padahal perasaan ini akan menghapus pahala amal perbuatan itu sendiri, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa ada seorang syahid di hari kiamat diperintan oleh Allah masuk neraka. Ia pun berkata: "Ya Allah! Aku mati syahid di jalanMu". Allah berfirman: "Tidak! Engkau hanya ingin orang lain berkata bahwa engkau seorang pemberani".
Wallahu A'lam
Sumber : Bidayatul Hidayah