Jangan Mengumpat Nyamuk!
Al-Burghuts/Nyamuk Rasulullah SAW, melarang kita mengumpat nyamuk dalam hadits riwayat Ahmad, Al-Bukhari dalam "Al-Adab al-Mufrad&q...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2010/12/jangan-mengumpat-nyamuk.html
Al-Burghuts/Nyamuk |
Rasulullah SAW, melarang kita mengumpat nyamuk dalam hadits riwayat Ahmad, Al-Bukhari dalam "Al-Adab al-Mufrad", Al-Bazzar, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi dalam "Syu'bul Iman"; dari Anas bin Malil RA, sesungguhnya Rasulullah SAW mendengar seorang lelaki mengumpat nyamuk. Lalu beliau bersabda:
لَا تَسُبَّهُ , فَإِنَّهُ أَيْقَظَ نَبِيًّا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ
"Jangan kau umpat nyamuk (itu), karena sesungguhnya ia membangunkan seorang nabi dari para nabi untuk melakukan shalat fajar".
Dalam riwayat At-Thabrani dalam "al-Mu'jam al-Kabir" dan al-Baihaqi dalam "Syu'bul Iman", Anas bin Malik meriwayatkan:
ذُكِرَتْ الْبَرَاغِيثُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : إنَّهَا لَتُوقِظُ لِلصَّلَاةِ
"Disebutkan kepada kami tentang nyamuk di hadapan Rasulullah SAW. Lalu dia bersabda: 'Sesungguhnya nyamuk membangunkan seseorang untuk shalat".
At-Thabrani dari Ali bin Abi Thalib RA, beliau berkata:
نَزَلْنَا مَنْزِلًا فَآذَتْنَا الْبَرَاغِيثُ فَسَبَبْنَاهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : لَا تَسُبُّوهَا فَنِعْمَتْ الدَّابَّةُ , فَإِنَّهَا أَيْقَظَتْكُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
"Kami menempati sebuah rumah, lalu kami disakiti nyamuk-nyamuk. Kami pun mengumpatnya. Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Jangan mengumpat mereka. Mereka adalah sebaik-baik hewan. Sesungguhnya merekan membangunkan kalian untuk berdzikir kepada Allah".
Seorang penyair mengatakan:
لَا تَسُبَّ الْبُرْغُوثَ إنَّ اسْمَهُ * بِرٌّ وَغَوْثٌ لَك لَوْ تَدْرِي
فَبِرُّهُ مَصُّ دَمٍ فَاسِدِ * وَغَوْثُهُ الْإِيقَاظُ فِي الْفَجْرِ
"Jangan kau umpat nyamuk. Sungguh! namanya ialah baik dan menolongmu, meski kau tak tahu. Kebaikannya adalah menghisap darah kotor dan pertolongannya adalah membangunkan untuk shalat Fajar".
Menurut kalangan Hanabilah, nyamuk hukumnya sama dengan hewan-hewan lain yang tidak punya darah sendiri (ma la nafsa laha sa'ilah), seperti kutu, kalajengking, jangkrik dan lain-lain. Hukumnya adalah suci baik saat hidup atau telah menjadi bangkai. Akan tetapi haram mengkonsumsinya untuk makanan.
Sumber: Ghada'ul Albab, Karya Muhammad bin Ahmad bin Salim Al-Safarayini.