Perang Badar: Dari Kehinaan Menuju Kemuliaan (2)
Di pagi hari Jumat, 17 Ramadhan, dua tahun sesudah hijrah, dimulailah perang antara kaum musyrikin dan umat Islam, dengan turunnya seo...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2013/10/perang-badar-dari-kehinaan-menuju.html?m=0
Di pagi hari Jumat, 17 Ramadhan, dua tahun sesudah hijrah, dimulailah perang antara kaum musyrikin dan umat Islam, dengan turunnya seorang tentara Quraisy, Al-Aswad bin Abdil Asad Al-Makhzumi. Hamzah bin Abdil Muthalib menyambutnya. Perang tanding terjadi, yang berakhir dengan kematian Al-Aswad.
Kemudian, Utbah bin Rabi'ah serta anaknya, Al-Walid, dan Syaibah bin Rabi'ah saudaranya, turun untuk menantang kaum muslimin perang tanding. Tiga orang Anshar segera turun gelanggang yaitu, Auf dan Ma'udz bin Al-Harits dan Abdullah bin Rawahah. Tampaknya kaum Quraiys tidak bersedia, hingga mereka berkata: "Kami tidak mempunyai keperluan dengan kalian. Yang kami ingin adalah anak-anak paman kami!". "Wahai Muhammad, turunkanlah untuk kami orang-orang yang sepadan dengan kami!".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menarik ketiga sahabat Anshar itu dan bersabda: " Wahai Ubaidah din Harits, Hamzah dan Ali! Bangkitlah!".
Ketiga sahabat ini pun bangkit memenuhi tantangan kaum Quraisy. Perang tanding dimulai kembali. Hamzah melawan Syaibah, Ali melawan Al-Walid dan Ubaidah bin Harits melawan 'Utbah. Perang tanding berakhir dengan kemenangan jago-jago muslimin, kecuali Ubaidah yang harus syahid, meskipun lawannya juga berhasil dibunuh. Rasulullah bersabda: "Aku bersaksi, bahwa engkau telah syahid".
Empat tentara Quraisy telah tewas, membuat kaum Quraisy marah, dan segera melakukan penyerangan secara umum. Namun kaum muslimin tetap berdiri di tempat, menanti kaum musyrikin sampai di hadapan mereka. Saat derap langkah tentara Quraisy semakin dekat, tombak-tombak dari tangan pasukan Islam barisan terdepan meluncur menghujam pasukan berkuda tentara Quraisy yang berada di garis depan. Selanjutnya, busur-busur pasukan Islam dibarisan selanjutnya memuntahkan anak panah, menerjang laju tentara quraisy. Sesaat kemudian barisan ketiga kaum muslimin menyambut mereka dengan ayunan pedang, menambah keterkejutan tentara Quaraisy yang masih belum hilang.
Inilah formasi barisan tentara, buah dari kecerdasan Rasulullah, yang tidak pernah dipraktekkan sebelumnya oleh kalangan Arab. Inilah formasi yang difirmankan Allah:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ (الصف: 4)
Dengan formasi ini, tentara Islam berhasil membuat pertahanan musuh kocar-kacir, lemah dan memberikan keyakinan akan kemenangan bagi tentara Islam. Di samping itu, semagat juang yang tiada tanding, menancap kuat di dada tentara muslim, tanpa ada rasa takut sedikitpun yang menghatui hati mereka, ditambah dengan jaminan kemenangan dari Allah melalui firmanNya:
سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ (القمر: 54)
Selain itu, Allah juga berjanji akan menurunkan ketakukan dakan dada pasukan musuh, serta turunnya pasukan malaikat memperkuat barisan dan kedahsyatan serangan kaum muslimin, sampai akhirnya serangan kaum Qurasy terhenti, disusul oleh mundurnya tentara Quraisy menandai berakhirnya perang itu.
Pemimpin perang kaum kuffar Quraisy, yaitu Amr bin Hisyam al-Makhzumi atau Abu Jahal tewas di tangan dua pemuda Anshar, Mu'adz bin 'Afra' dan Mu'adz bin Amr.
Peperangan berakhir dengan kemenangan di pihak muslimin. 70 orang quraisy tewas termasuk Umayah bin Khalaf, 70 dan orang tertawan. Sebagian besar mereka adalah para pemimpin dan pembesar Quraisy. Sementara dari kaum muslimin, 14 orang tentara gugur sebagai syuhada, 6 orang dari kalangan Muhajirin dan 8 orang dari kalangan Anshar. Keempat belas syuhada' tersebut adalah: Ubaidah bin Al-Harits Al-Muthalibi, Umair bin Abi Waqash Az-Zuhry, Sofwan bin Wahab Al-Fihri, Aqil bin al-Bukair al-Laitsy, Dzul Syamalain bin Abd. Amr Al-Khaza'I, Saad bin Khaitsamah al-Ausi, Mubasyir bin Abdul Mundzir Al-Umari, Yazid bin al-Harits al-Khazraji, Umair bin al-Hamam as-Sulami, Rafi' bin Ma'ali Az-Zirqi, Harits bin Suraqah, Mu'adz bin al-harits dan Auf bin Al-Harits an-Najjari.
Setelah perang berakhir, Rasulullah mengutus Abdullah bin Rawahah dan Zaid bin Haritsah pulang ke Madinah mengabarkan kemenangan kaum muslimin, sementara Rasulullah tetap berada di Badar selama 3 hari. Para syuhada' segera dikuburkan di tempat itu juga bersama pakaian-pakaian mereka yang bersimbah darah.
70 orang pasukan Quraisy yang berhasil ditawan. Sebagian mereka dihukum mati, diantaranya adalah Utbah bin Abi Muaid dan Nadhr bin al-Harits. Mereka dihukum mati demi kemaslahatan Islam karena keduanya adalah orang yang paling keras menentang Islam dan provokator utama dibalik terjadinya perang Badar. Kehidupan keduanya diyakini mampu memberikan dampak negative yang bersar bagi Islam.
Sebagian tawanan juga ada yang dibebaskan tanpa syarat, ada pula yang dibebaskan dengan syarat membayar tebusan atau memberikan pendidikan bagi putra-putra Islam.
Bersambung