Wahsyi; Budak Habasyah Pembunuh Hamzah (1)
Perang Badar menyisakan kesedihan bagi kaum kuffar Quraisy. Banyak pemimpin mereka tewas dalam perang yang mereka anggap sebelumnya seb...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2014/12/wahsyi-budak-habasyah-pembunuh-hamzah-1.html
Perang Badar menyisakan kesedihan bagi kaum kuffar Quraisy. Banyak pemimpin mereka tewas dalam perang yang mereka anggap sebelumnya sebagai perang yang akan menghentikan upaya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam menyebarkan Islam dan merekrut banyak pengikut.
Tidak beberapa lama kemudian, kaum kuffar Quraisy bersepakat membalas kekalahan mereka dalam perang Badar. Sepasukan besar diberangkatkan ke gunung Uhud dipimpin Abu Sufyan bin Harb untuk menyerang kaum muslimin. Pasukan besar kaum Quraisy ini diikuti oleh para wanita yang disiapkan untuk menggelorakan semangat dalam berperang, dan mencegah para prajurit Quraisy untuk melarikan diri.
Saat perang Uhud berkecamuk sayyidina Hamzah memperlihatkan keberanian dan keperkasaannya. Di medan perang, laksana unta yang sangat ganas, dia menebas leher musuh sedemikian rupa. Tidak ada orang yang mampu bertahan di hadapannya, kecuali terjatuh bersimbah darah.
Seorang tentara Quraisy penunggang kuda datang menantang Hamzah. Ia adalah Siba’ bin Abdul ‘Uzza. Tidak selang beberapa lama ia tersungkur meregang nyawa.
Di balik sebuah batu, dekat posisi Hamzah, Wahsyi bin Harb Al-Habsyi, seorang budak Habasyah milik Jubair bin Muth’im bin ‘Adiy, bersembunyi mengintai dengan sebilah lembing. Saat posisi yang tepat, Wahsyi melempar lembing ke arah Hamzah yang sedang berperang. Lembing melesat dan menancap di perut Hamzah dan tembus ke selangkangan. Wahsyi tetap bersembunyi di tempatnya. Saat Hamzah benar-benar telah gugur, Wahsyi menghampirinya dan mencabut lembing dari tubuhnya, dan bergegas kembali ke tenda. Ia tidak punya tujuan lain dalam perang ini kecuali hanya membunuh Sang Singa Allah untuk mendapatkan kemerdekaan dari majikannya.
Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam datang membebaskan Mekah, Wahsyi bersama sejumlah kuffar Quraisy melarikan diri ke Tha’if, hingga dia harus menyerah dan menghadap Rasulullah. Saat ini, dia merasakan dunia terasa sempit, hingga sempat berpikir untuk melarikan diri ke Syam, Yaman atau negara lain. Seorang lelaki melegakan hatinya saat ia berkata: “Demi Allah, Rasulullah tidak akan membunuh seseorang yang telah masuk dalam agamanya”.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radliyallahu anhuma, bahwa Rasulullah mengirimkan utusan untuk mengajak Wahsyi masuk Islam. Wahsyi berkata: “Wahai Muhammad, bagaimana engkau mengajakku sementara engkau mengatakan bahwa sesungguhnya orang yang membunuh, musyrik atau berzina akan menemukan dosa dan Allah akan melipatgandakan sisksa untuk di hari kiamat dan dia akan selamanya dalam siksa dalam keadaan terhina?. Dan aku telah melakukan semuanya. Adakah engakau menemukan keringanan untukku?”.
Lalu turunlah ayat:
إلا من تاب وامن وعمل صالحا فاؤلئك يبدل الله سيئاتهم حسنات وكان الله غفورا رحيما
Wahsyi berkata: “Tampaknya aku tidak mampu melakukannya”
Lalu turun firman Allah:
إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء
Wahsyi berkata lagi: “Aku tidak tahu wahai Muhammad, apakah Allah akan mengampuniku atau tidak”.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab dengan firman Allah:
قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله إن الله يغفر الذنوب جميعا إنه هو الغفور الرحيم
Setelah itu Wahsyi menghadap Rasulullah, bersyahadat dan bertaubat. Namun setelah Wahsyi menceritakan bagaimana ia membunuh Hamzah, Rasulullah tidak berkenan dan bersabda: “Apakah engkau bisa untuk menyembunyikan wajahmu dariku?”.
Kemudian Wahsyi pergi dari hadapan Rasulullah, hingga ia tidak lagi menghadap Rasulullah sampai beliau mengadap Allah ta’ala, dan pimpinan Islam digantikan oleh Khalifah Abu Bakar As-Shidiq.
BERSAMBUNG