Keistimewaan Ummat Muhammad; Ramadlan yang Istimewa (4)
Ramadlan adalah keistimewaan untuk umat Islam yang tidak diberikan Allah kepada umat sebelumnya. Begitu pendapat jumhur ulama. Di mala...
http://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2015/03/keistimewaan-ummat-muhammad-ramadlan.html
Ramadlan adalah keistimewaan untuk umat Islam yang tidak diberikan Allah kepada umat sebelumnya. Begitu pendapat jumhur ulama. Di malam tanggal satu bulan ramadlan dimana keesokan harinya umat Islam menjalankan ibadah puasa, Allah memandang mereka dengan pandangan kasih sayang dan pengampunan. Barang siapa dipandang oleh Allah seperti itu, maka ia tidak akan disiksa Allah selamanya, karena Allah yang maha pemurah dan tidak ada yang lebih pemurah dari padaNya, tidak akan mencabut pemberiannya.
Ini adalah keistimewaan pertama yang diberikan khusus oleh Allah kepada umat Islam. Selengkapnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أعطيتْ أمتي في شهرِ رمضان خمسًا لم يُعْطَهن نبيٌّ قبلي أما واحدة؛ فإنه إذا كان أول ليلة من شهر رمضان نظر الله إليهم، ومن نظر إليه لم يعذبه أبدًا، وأما الثانية: فإن خلوف أفوافهم حين يمسون أطيب عند الله من ريح المسك، وأما الثالثة: فإن الملائكة تستغفر لهم في كل يوم وليلة، وأما الرابعة: فإن الله عز وجل يأمر جنته، فيقول لها: استعدي، وتزيني لعبادي، أوشك أن يستريحوا من تعب الدنيا إلى داري وكرامتي، وأما الخامسة: فإنه إذا كان آخر ليلة غفر لهم جميعًا (رواه البيهقي)
Artinya: “Umatku di bulan ramadlan diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada nabi sebelumku. Pertama, jika datang malam pertama bulan ramadlan, maka Allah memandang mereka. Barang siapa dipandang Allah, maka ia tidak akan disiksa selamanya. Kedua, seseungguhnya perubahan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum menurut Allah dari pada bau misik. Ketiga, sesungguhnya para malaikar memohonkan ampunan untuk mereka disetiap hari dan malam. Keempat, sesungguhnya Allah azza wa jalla menyuruh surga. Dia berfirman: ‘Bersiaplah! Dan berhiaslah untuk para hambaku. Mereka sebentar lagi akan beristirahat dari kelelahan dunia menuju rumahKu dan kedermawananKu’. Kelima, sesunggunya di akhir malam Allah akan mengampuni mereka semuanya”. (HR. Al-Baihaqi)
Lebih harumnya perubahan bau mulut orang yang berpuasa dari pada bau harum misik menurut Allah memberikan pengertian bahwa perubahan bau mulut itu lebih mendekatkan orang yang berpuasa kepada Allah dari pada menggunakan misik untuk menghilangkan bau yang tidak sedap dengan tujuan mencari ridlo Allah, dimana Allah memerintahkan untuk menghindari bau-bau yang tidak sedap itu seperti ketika berada di masjid, shalat berjamaah dan lain-lain. Maka nanti di hari kiamat perubahan bau mulut orang yang berpuasa itu lebih memperberat timbangan amal dari pada penggunaan misik.
Ibnu Shalah meyakini bahwa lebih harumnya perubahan bau mulut menurut Allah dari pada bau harum misik terjadi di dunia dan akhirat. Hal ini disebabkan selain karena adanya riwayat Ibnu Hibban yang menyimpulkan demikian, juga karena adanya kesepakatan ulama, bahwa lebih harumnya perubahan bau mulut ini adalah ungkapan ridlo dan diterima Allah atau sejenisnya, dimana kesemuanya terjadi di dunia dan akhirat. Kalaupun dalam riwayat muslim ada redaksi “yaumal qiyamah”, maka hal itu adalah hal yang sepatutnya dikarenakan hari kiamat adalah hari pembalasan. Disamping itu, pada sebagian besar riwayat yang lain tidak ditemukan pengkhususan masalah ini hanya diakhirat saja.
Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim yang dimarfu’kan kepada Abu Hurairah disebutkan:
إذا دخل رمضان فتحت أبواب الجنة، وغلقت أبواب النار، وصفدت الشياطين
Artinya: “Jika ramadlan datang, maka pintu-pintu surga di buka, pintu-pintu neraka di tutup dan syetan-syetan diikat”.
Ini juga merupakan keistimewaan umat Islam dalam bulan ramadlan. Menurut al-Qadli Iyyadl diikatnya syetan berarti dikekangnya syetan agar tidak menyakiti orang-orang mukmin dan mengganggu mereka. Bisa juga berarti berlimpahnya pahala dan pengampunan yang diberikan Allah, sehingga gangguan syetan terlihat sedikit seakan-akan mereka terkekang.
Sedangkan dibukanya pintu-pintu surga berarti diberikannya kesempatan-kesempatan untuk berbuat baik yang begitu luas di bulan ramadlan, yang tidak diberikan Allah di bulan-bulan yang lain. Kesempatan-kesempatan berbuat baik itu adalah sarana untuk masuk surga dan menjadi pintu-pintu surga.
Al-Qurthubi menyatakan, bila ditanya, jika syetan benar-benar diikat, maka bagaimana jika kejelekan dan perbuatan maksiat justru lebih banyak terlihat di bulan ramadlan?, maka jawabannya adalah bahwa penyebab semua itu bukan syetan. Bisa jadi penyebabnya adalah nafsu-nafsu yang jelek, kebiasaan yang buruk dan syetan-syetan yang berwajah manusia.
Keistimewaan lain untuk Umat Islam di bulan ramadlan adalah disyariatkannya sahur dan mensegerakan berbuka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لا يزال الناس بخير ما علوا الفطر ، لأن اليهود والنصارى يؤخرون (رواه أبو داود وابن ماجه وغيرهم)
Artinya: “Manusia tidak henti-hentinya dalam kebaikan selama mereka mensegerakan berbuka, karena umat yahudi dan Nasrani mengakhirkannya”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan lain-lain)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:
فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحور (رواه مسلم عن عمرو بن العاص)
Artinya: “Pemisah antara puasa kita dan puasa para ahli kitab adalah makan sahur”. (HR. Muslim dari Amr bin Ash).
Seperti disebutkan dalam hadits, dalam sahur ada banyak kebaikan. Kebaikan itu dapat diperoleh dari: ittiba’ussunnah (mengikuti sunnah rasul), menyelisihi para ahli kitab, memperkuat ibadah, menambah semangat, menjadi penyebab untuk bershadaqah, kebersamaan dalam sahur, adanya kesempatan untuk berdoa dan berdzikir dimana waktu sahur adalah waktu istijabah, dan menemukan kesempatan untuk berniat puasa bagi mereka yang lupa niat sebelum tertidur.
Keistimewaan lain dalam ramadlan bagi umat ini adalah dihalalkannya makan, minum dan berjimak dimalam hari bulan ramadlan hingga terbit fajar, dimana bagi umat sebelumnya, hal ini haram dilakukan.
Keistimewaan lain adalah diciptakannya lailatul qadar hanya untuk umat Islam, sebagaimana dinyatakan oleh imam an-Nawawi dalam Syarh al-Muhadzab. Pernyataan ini adalah pendapat yang shahih dan masyhur dan didukung oleh mayoritas ulama.
Bersambung