Ngalap Berkah
Illustrasi: Ngalap Berkah Apakah boleh ngalap berkah (tabarruk) pada peninggalan-peninggalan para ulama, auliya, dan orang-orang yang sho...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2011/04/ngalap-berkah.html
Illustrasi: Ngalap Berkah |
Apakah boleh ngalap berkah (tabarruk) pada peninggalan-peninggalan para ulama, auliya, dan orang-orang yang sholeh? Jawabannya; Ya, boleh!. Dalilnya? Banyak, diantaranya adalah riwayat yang menceritakan perbuatan tabarruk yang dilakukan oleh para sahabat, serta usaha untuk mendapat pertolongan dengan peninggalan atau jejek Rasulullah SAW, semasa beliau hidup atau sesudah wafat. Riwayat ini terdapat dalam banyak hadits Rasulullah SAW dan atsar para sahabat. Berikut diantaranya.
Diceritakan dari Sahal bin Sa'id RA tentang kisah selendang yang ia minta dari Rasulullah SAW, padahal Rasulullah sedang memakainya, sehingga membuat dirinya dicela para sahabat. Lalu ia berkata: "Aku memintanya hanya agar selendang itu menjadi kafanku". (HR. Al-Bukhari [1218]). Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Aku berharap barokah selendang itu, saat nabi memakainya; semoga aku dikafani dengannya". (HR. Al-Bukhari [5689])
Dari Asma' binti Abi Bakar As Shiddiq, ia berkata: "Ini adalah jubah Rasulullah SAW". Perawi berkata: "Lalu ia mengeluarkan kepadaku, jubah berwarna dari Kisra". Asma' berkata: "Jubah ini berada di Aisyah. Saat ia meninggal aku ambil jubah ini. Nabi pernah memakainya. Lalu kami cuci jubah ini untuk orang-orang sakit, hingga membuat mereka sembuh". (HR. Muslim [2069] dan riwayat yang sama oleh Al-Bukhari [5557]).
Dari Abdullah bin Mawhib, ia berkata: "Ibuku mengantarkanku ke Umu Salamah dengan membawa secawan air. Umu Salamah membawakan kami cawan terbuat dari perak yang di dalamnya ada rambut Rasulullah SAW. (Selama ini), jika ada orang yang sakit, ia didatangkan ke Umu Salamah, lalu rambut itu dimasukkan ke dalam air, dan airnya diminumkan. Ku lihat di cawan perak itu, rambut-rambut Rasulullah yang berwarna merah". (HR, Muslim [2331])
Dari Anas RA diceritakan bahwa, Umu Sulaim membuka sebuah kotak kecil. Lalu ia membersihkan keringat Rasulullah SAW, dan memasukkan keringat itu ke dalam botol-botol (yang ada di dalam kotak itu). Rasulullah SAW bersabda: "Apa yang kau lakukan? Wahai Umu Sulaim". Umu Sulaim berkata: "Wahai Rasulullah, Aku berharap barokah keringat itu untuk anak-anak kami". Rasulullah SAW bersabda: "Engkau benar!". Ada riwayat pula bahwa saat Anas akan wafat ia berwasiat agar keringat Rasulullah SAW itu dicampur pada minyak (untuk dioleskan ke tubuh Anas). Wasiat itu pun dilaksanakan. (HR. Al-Bukhari [5992]).
Anas juga berkata: "Aku melihat Rasulullah SAW sedang dicukur,dan para sahabat mengelilinginya. Tidak ada yang diharapkan pada jatuhnya satu rambut Rasulullah, kecuali diambil oleh sahabat". (HR. Muslim)
Para sahabat juga menyimpan rambut-rambut Rasulullah SAW, yang digunakan untuk tabbaruk dan obat. Diriwayatkan bahwa Khalid bin Walid RA meletakkan rambut-rambut Rasulullah di songkoknya. Suatu ketika saat perang, songkok itu terjatuh. Ia sangat mencarinya, hingga menjadi kekesalan para sahabat, karena banyaknya tentara yang gugur akibat perbuatannya itu. Lalu Khalid berkata: "Aku melakukan itu bukan karena songkok, melainkan karena rambut-rambut Rasulullah SAW yang ada di dalamnya, agar barokahnya tidak hilang dan jatuh ke tangan orang-orang musyrik". (As-Syifa lil Qadli iyadl).
Abu Musa Al Asy'ari berkata tentang riwayat Abu Juhaifah RA bahwa, Rasulullah meminta sewadah air, lalu beliau memcuci tangan dan wajahnya, serta meludah disana. Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Minumlah air ini, usapkan ke wajah dan lehar kalian". (HR. Al-Bukhari [185]).
Hadits ini adalah perintah Rasulullah SAW untuk tabarruk dengan peninggalan dan jejak Rasulullah SAW.
Dari Ja'far bin Muhammad RA ia berkata: "Ada air di kelopak mata jenazah Nabi, ketika beliau dimandikan. Ali RA lalu meminumnya" (HR. Ahmad; 1/267). Yakni meminum air itu karena ngalap Barokah dari Rasulullah SAW.
Diriwayatkan bahwa Muawiyah menyimpan kuku-kuku Rasulullah SAW. Saat akan wafat, ia berwasiat agar kuku-kuku itu dihancurkan, lalu ditaburkan pada mata dan mulutnya. Ia berkata: "Lakukanlah itu dan lowongkanlah jalanku menuju sesayang-sayang dzat yang maha penyayang". (Tahdzibul Asma' Wal Lughat, Imam An- Nawawi, 2/407).
Diriwayatkan pula bahwa Anas bin Malik RA berwasiat sebelum wafat, agar rambut Rasulullah SAW diletakkan di bawah lidahnya". (Al Ishabah fi tamyiz As Shahabah : 1/127)
Apa Hikmah Tabarruk?
Sebagian para ahli ma'rifah menuturkan bahwa tabarruk dengan jejak peninggalan para sholihin adalah bahwa tempat-tempat mereka telah bertemu dengan pakaian-pakaian mereka. Pakaian-pakaian mereka telah bertemu dengan jasad mereka. Jasab mereka memuat hati mereka. Dan hati mereka selalu berada di sisi Allah SWT.
Ketika Allah menganugerahkan hati mereka dengan anugerah-anugerah ketuhanan, maka anugerah itu menular kepada apa yang menempel (bertemu) atau yang dekat dengan hati mereka.
Tabarruk semacam ini adalah hakikat tawassul dengan benda. Ini pun diperbolehkan dan disyariatkan. Karena maknanya disini ialah seorang hamba menjadikannya wasilah (perantara), menuju Allah SWT untuk mendapatkan segala keinginannya. karena wasilah yang digunakan ini terdapat anugerah dari Allah SW.
Sumber: Al Ajwibah Al Ghaliyah, 71 -76