Posisi Kepala Jenazah Saat Dishalati Yang Benar
Pertanyaan Di daerah saya ada seorang alumni pesantren yang baru saja pulang dari pesantrennya yang mempermasalahkan posisi kepala je...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2014/11/posisi-kepala-jenazah-saat-dishalati.html
Di daerah saya ada seorang alumni pesantren yang baru saja pulang dari pesantrennya yang mempermasalahkan posisi kepala jenazah laki-laki ketika disholati. Menurutnya, posisi yang benar kepala mayit lelaki ada disebelah selatan, tidak berada di utara seperti yang berlaku di daerah saya. Dia bilang bahwa yang sunnah, posisi kepala mayit lelaki berada di arah kiri imam. Benarkah apa yang disampaikan alumni pondok tadi?
Ismail, mael5798@xxx.co.id
Jawaban
Terima kasih atas partisipasi anda dalam rubrik Bahtsul Masail ini. Sebelumnya perlu diketahui bahwa jika mayit laki-laki, maka imam berada di dekat kepala mayit. Jika mayit perempuan, imam berdiri di tengah. Dalam hadits disebutkan:
.... فَقَالَ لَهُ الْعَلَاءُ بْنُ زِيَادٍ : يَا أَبَا حَمْزَةَ , هَكَذَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي عَلَى الْجِنَازَةِ كَصَلَاتِكَ , يُكَبِّرُ عَلَيْهَا أَرْبَعًا , وَيَقُومُ عِنْدَ رَأْسِ الرَّجُلِ وَعَجِيزَةِ الْمَرْأَةِ ؟ قَالَ : نَعَمْ
…. Lalu ‘Ala’ bin Ziyad berkata kepada Anas bin Malik: “Wahai Abu Hamzah! Adakah seperti itukah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat jenazah seperti shalatmu? Takbir empat kali, dan beliau berdiri di samping kepala lelaki dan pantat seorang wanita?”. Anas bin Malik menjawab: “Ya”. (HR. Abu Dawud)
Sekarang, dimana posisi kepala mayit yang benar saat dishalati? Di sebelah kiri imam atau sebelah kanan iman?. Jawabannya sama-sama benar. Namun mana yang lebih utama, para ulama berbeda pendapat. Menurut ulama Malikiyah yang lebih utama adalah memposisikan kepala mayit di sebelah kanan imam atau munfarid (shalat jenazah sendirian), tanpa membedakan mayit laki-laki atau perempuan. Kalau di Indonesia posisi kepala mayit lebih utama berada di utara menurut kalangan Malikiyah.
Menurut sebagian besar ulama syafiiyah, yang lebih afdol adalah memposisikan kepala mayit laki-laki di arah kiri imam atau munfarid. Kalau di Indonesia, kepala mayit berada di sebelah selatan. Kalau mayit perempuan di arah kanan imam dan munfarid (kepala mayit perempuan di sebelah utara)
Referensi:
ووقوف الإمام والمنفرد على وسط الرجل، وعند منكبي المرأة، ويكون رأس الميت عن يمينه، رجلاً كان أو امرأة، إلا في الروضة الشريفة، فإنه يكون عن يساره ليكون جهة القبر الشريف؛ وأما المأموم فيقف خلف الإمام كما يقف في غيرها من الصلاة. (الفقه على مذاهب الأربعة: 1/475 ط: دار الكتب العلمية)
Imam dan munfarid berdiri di tengah mayit lelaki dan pundak perempuan. Posisi kepala mayit di arah kanan imam, baik laki-laki atau perempuan, kecuali di Raudlah yang mulia. Jika disana, maka kepala mayit berada di arah kiri imam, agar lurus ke arah maqam Rasul yang mulia. Adapun makmum, maka ia berdiri di belakang imam seperti berdiri pada shalat-shalat yang lain. (Al-Fiqh ala Madzahib al-Arba’ah; 1/475 cet. Darul Kutub al-Ilmiyah)
وفي البجيرمي ما نصه ويوضع رأس الذكر لجهة يسار الإمام ويكون غالبه لجهة يمينه خلافا لما عليه عمل الناس الآن ويكون رأس الأنثى والخنثى لجهة يمينه على عادة الناس الآن ع ش والحاصل أنه يجعل معظم الميت عن يمين المصلي فحينئذ يكون رأس الذكر جهة يسار المصلي والأنثى بالعكس إذا لم تكن عند القبر الشريف أما إذا كانت هناك فالأفضل جعل رأسها على اليسار كرأس الذكر ليكون رأسها جهة القبر الشريف سلوكا للأدب كما قاله بعض المحققين ا هـ (تحفة المحتاج : 3/156 ط: دار إحياء التراث العربي)
Dalam al-Bujairami disebutkan sebagai berikut: Kepala laki-laki diletakkan di arah kiri imam dan sebagaian besar badan mayit berada di arah kanan imam. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan masyarakat saat ini. Dan kepala perempuan dan huntsa di arah kanan imam menurut kebiasaan manusia. Kesimpulannya, sebagian besar badan mayit diposisikan di arah kanan mushalli. Dengan demikian, kepala lelaki berada di arah kiri. Untuk perempuan sebaliknya, jika tidak berada di maqam Rasul. Jika di sana, maka yang lebih afdol adalah meletakkan kepala perempuan di sebelah kiri imam seperti kepala mayit lelaki, agar lurus dengan arah maqam rasul sebagai bentuk adab. Hal ini sebagaimana yang yang dikatakan ulama muhaqqiqin. (Tuhfatul Muhtaj: 3/156 cet. Dar Ihya’ Turats al-Arabi)