Memahami Cahaya Dalam Al-Quran
Di era yang terdapat banyak kegelapan, seperti dalam bentuk kekafiran, kejahatan, dan permusuhan, kita sangat membutuhkan pengetahuan ten...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2011/12/memahami-cahaya-dalam-al-quran.html?m=0
Di era yang terdapat banyak kegelapan, seperti dalam bentuk kekafiran, kejahatan, dan permusuhan, kita sangat membutuhkan pengetahuan tentang cahaya (nur) yang difirmankan Allah dan disabdakan RasulNya, hingga mengerti hakikat sesuatu dan perlawanannya, hingga kita tahu apa hakikat cahaya itu, bagaimana mengikutinya dan apa yang semestinya harus dilakukan untuk menuju cahaya tersebut. Dan pada akhirnya kita keluar dari kegelapan menuju cahaya yang diridhoi Allah.
Makna nur dalam al-Quran difirmankan Allah –subhanahu wa ta'ala- dalam banyak makna. Umpama ada seorang peneliti menulis sebuah buku yang berisi hasil penelitian tentang nur dalam al-Quran dan sunnah serta dampaknya bagi umat Islam, maka buku tersebut adalah buku yang sangat besar dan tidak akan ada yang mampu menyamainya.
Nur dalam al-Quran ada lima macam; nur Allah, nur al-Quran, Nur Muhammad, nur iman dan nur alam semesta. Nur difirmankan Allah untuk dzatNya sendiri terdapat dalam surat An-Nur, ayat 35:
Makna nur dalam al-Quran difirmankan Allah –subhanahu wa ta'ala- dalam banyak makna. Umpama ada seorang peneliti menulis sebuah buku yang berisi hasil penelitian tentang nur dalam al-Quran dan sunnah serta dampaknya bagi umat Islam, maka buku tersebut adalah buku yang sangat besar dan tidak akan ada yang mampu menyamainya.
Nur dalam al-Quran ada lima macam; nur Allah, nur al-Quran, Nur Muhammad, nur iman dan nur alam semesta. Nur difirmankan Allah untuk dzatNya sendiri terdapat dalam surat An-Nur, ayat 35:
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
"Allah adalah cahaya bagi langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu". (QS. An-Nur: 35)
Menurut Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari dalam kitabnya yang terkenal "Al-Hikam", bahwa seluruh alam semesta diliputi kegelapan. Hanya kehadiran Allah yang membuat alam semesta menjadi terang. Alam semesta adalah penghalang untuk menyaksikan Allah bagi mereka yang hanya sibuk dengan urusan dunia yang bersifat lahiriyah.
Nur Al-Quran disebutkan Allah dalam banyak ayat, diantaranya adalah firman Allah:
فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung". (QS. Al-A'raf: 157)
Al-Quran adalah cahaya di tinjau dari berbagai arah. Jika ditinjau dari asal mulanya, maka al-Quran berasal dari Allah yang maha mengetahui segala cahaya; wahyu yang suci. Karena itu, Allah memerintahkan manusia yang ingin berada dalam pancaran cahaya ini, untuk membekali diri dengan cahaya yang lain, yakni dengan wudlu', sebab wudlu adalah cahaya. Hingga ia mempunyai kesesuaian dengan Al-Quran.
Ditinjau dari bahasa, al-Quran adalah cahaya, dimana al-Quran penuh dengan keindahan-keindahan bahasa dan keunggulan santra yang tidak tertandingi.
Dari segi keterjagaanya dari perubahan, al-Quran adalah cahaya. Mulai sejak diturunkan hingga saat ini, al-Quran tidak kurang dan tidak lebih sedikitpun. Bacaan Al-Quran diriwayatkan oleh banyak orang, hingga jauh dari kemungkinan perbedaan dan perubahan (mutawatir).
Dari segi makna, al-Quran adalah cahaya. Ia mengandung kaidah-kaidah umum yang mampu menerangi jalan dan mengatur akal. Diantara kaidah-kaidah itu ialah firman Allah:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan". (QS. Al-Hajj: 78)
Ayat ini adalah dasar dari kaidah fiqh "ad-dharar yuzalu/dampak negatif harus dihilangkan".
Dari segi kandungannya al-Quran merupakan cahaya. Ia memberi sifat lapar bagi manusia, menjelaskan pengobatan, menceritakan kisah-kisah, menetapkan aqidah dan menjelaskan hukum. Semuanya disebutkan sempurna oleh Allah, tanpa kelalaian sedikitpun.
Al-Quran juga akan menjadi cahaya di hari kiamat, bagi orang-orang yang sering membacanya dan menjadi tangga baginya menuju derajat tinggi di surga. Semoga Allah melapangkan dada kita dengan cahaya Al-Quran, menjadikannya sebagai pendingin hati, cahaya hati, penerang cita-cita dan penghilang kesusahan kita. Amin.
Sumber: http://www.alimamalallama.com