Riyadloh Dan Keampuhan KH. Jauhari Zawawi
Sudah sekitar 17 tahun kita Al-Maghfurlah KH. Jauhari Zawawi meninggalkan kita. Pada saat tulisan ini diposting, Haul ke-17 kewafatan be...
Dari banyak sumber terutama para alumni, KH. Jauhari Zawawi adalah sosok ulama yang disamping alim, santri KH. Hasyim Asy'ari, beliau juga seorang ulama yang senang riyadloh mulai dari kecil sampai beliau wafat. Sebenarnya penulis merasa menyesal, meski sebagai santri, penulis tidak pernah bertatap muka dengan beliau. Penulis yang baru nyantri kepada beliau sekitar bulan Dzul Hijjah, dua bulan sebelum beliau wafat, pada saat mendaftar tidak sowan kepada beliau, juga tidak kepada masyayikh lain, hingga beliau wafat. Penyesalan terjadi karena penulis tidak patuh pada Tata Tertib PP. Assunniyyah yang mewajibkan santri baru untuk sowan kepada beliau. Juga disebabkan penulis tidak bisa melihat wajah beliau secara langsung sebagai sarana transformasi ideologi dari beliau kepada penulis, sehingga beliau dapat menularkan ideologi dan prinsip yang baik kepada penulis. Karena sudah jamak, keyakinan dan prinsip seorang guru akan lebih cepat menular kepada murid melalui tatap muka. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kita dianjurkan Rasulullah SAW. untuk sering berkumpul dengan para ulama dan shalihin. Para ulama mengatakan bahwa salah satu obat hati yang tembangnya dipopulerkan kembali oleh Opick adalah berkumpul dengan orang-orang shalih. Alasan lain penyesalan penulis adalah penulis tidak bisa menerima ijazah atau amalan-amalah langsung dari beliau sebagai bekal dalam belajar dan hidup.
Ketika masih remaja, KH. Jauhari Zawawi senang berpuasa tujuh hari dan berbuka hanya dengan tujuh suap nasi. Hari berikutnya dikurangi sesuap, hingga pada hari terakhir, beliau berbuka hanya dengan sesuap nasi, tanpa lauk. Beliau pernah dawuh bahwa ketika beliau melakukan riyadloh di makam Sunan Kalijaga, Kadilangu Demak, beliau bermimpi bertemu dengan Nabi Musa AS. Tapi sayang sebelum Nabi Musa sempat bersabda, beliau keburu terjaga karena mendengar suara halilintar yang sebenarnya tidak pernah ada.
Saat mukim di Mekah, beliau pernah melakukan riyadloh di Jabal Nur. Disana beliau uzlah selama seminggu dan tidak boleh berbuat maksiat sama sekali, termasuk memandang wanita ajnabiyah. Konon, riyadloh semacam ini adalah diantara riyadloh untuk memperoleh kedigdayaan berupa bisa menghilang dari hadapan lawan.
KH. Jauhari Zawawi memang sangat menganjurkan santrinya agar senang riyadloh. Beliau dawuh, "Bila atsar (manfaat/dampak) dari riyadloh yang kita lakukan tidak nampak dalam diri kita, maka insya Allah, akan nampak pada anak cucu kita".
Mbah Zawawi, ayah beliau mempunyai banyak ijazah doa. Bahkan meski sudah pikun, Mbah Zawawi masih hafal doa jaljalut. KH. Hamid Pasuruan pernah dawuh kepada salah seorang putranya, KH. Ni'amullah Zawawi, bahwa Mbah Zawawi adalah kanzud du'a (gudang doa). Rupanya kelebihan Sang Ayah, menurun kepada KH. Jauhari. Suatu ketika KH. Masduqi Mahfudz, Malang berencana pergi ke Situbondo untuk meminta ijazah syarah jaljalut kepada KH. As'ad Syamsul Arifin. Beliau singgah ke Kencong, ke ndalem KH. Jauhari Zawawi yang memang masih ada hubungan famili. Ternyata di Kencong lah KH. Masduqi Mahfudz menemukan apa yang beliau cari.
KH. Abdullah Shidiq pernah berpesan kepada putranya Gus Lutfillah, "Santri Kyai Hasyim As'ari itu ada yang memperoleh ilmu, ada yang memperoleh martabat kepemimpinan dan ada yang memperoleh kejadugan. Ketiga-tiganya itu ada pada KH. Jauhari. Maka mengajilah kepadanya walau hanya satu kalimah". Karena pesan inilah Gus Lutfillah menyempatkan diri ngaji "Ihya' Ulumiddin" di Assunniyyah Kencong setiap Hari Jumat pagi.
H. Ridwan, tetangga PP. Al-Anwar Sarang pernah bilang kepada KH. A. Sadid Jauhari bahwa KH. Jauhari Zawawi bisa mengiris-iris pisang dengan hanya mengiris bayang-bayangnya di tanah.
KH. Ihsan Taufiq, Labruk punya banyak pengalaman tentang keampuhan KH. Jauhari Zawawi. Dia bercerita bahwa saat Agresi Militer Belanda II ke Kencong, pondok dibubarkan dan santrinya disuruh pulang, berjuang di daerah masing-masing. KH. Ihsan Taufiq dan teman-temannya oleh KH. Jauhari Zawawi, hanya dibekali gedebok (kulit pohon pisang). Alhamdulillah, walaupun hampir semua orang digeledah Belanda, ada pula yang ditangkap, KH. Ihsan dan teman-temannya dengan izin Allah lolos dari pemeriksaan tentara Belanda.
Masih menurut KH. Ihsan. Suatu hari KH. Jauhari Zawawi mengajaknya memikat burung perkutut di Gumukmas. Saat menemukannya, KH. Jauhari dawuh, "Iku San! manuk apik!, awe-awe'en!". KH. Ihsan hanya geli dalam hati, mana mungkin ia dapat menangkap burung yang terbang lepas hanya dengan melambaikan tangan?. Tapi ia menuruti saja dawuh itu. Dan ternyata setelah ia melambaikan tangan, burung itu hinggap di pundaknya.
Kemudian ulangi bacaan-bacaan tadi sampai 129 kali. Sehingga jumlah asma Allah لطيف dibaca sampai 16641 kali. Setelah itu baca doa:
3. Pembersihan diri (Fida'), yaitu membaca surat Al-Ikhlas 1000 kali.