Kisah Di Balik Julukan Al Faruq
Umar bin Al-Khathab adalah khalifah kedua dari empat khulafaur rasyidin setelah Abu Bakar as-Shidiq. Nama lengkap Umar bin Khattab bin Na...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2011/03/kisah-di-balik-julukan-al-faruq.html
Umar bin Al-Khathab adalah khalifah kedua dari empat khulafaur rasyidin setelah Abu Bakar as-Shidiq. Nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, dilahirkan di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Sahabat Rasulullah yang masuk Islam karena menyaksikan keagungan al-Qur'an ini mempunyai banyak julukan, diantaranya Abu Hafsh, Al-Faruq dan Amirul Mukminin.
Amirul mukminin berarti pemimpin orang-orang mukmin. Julukan ini, pertama kali disandangkan kepada Umar dan terus menjadi gelar bagi khalifah-khalifah sesudahnya. Pada awalnya, para sahabat memanggil Abu Bakar dengan Khalifah Rasulillah. Setelah Umar menjadi khalifah sahabat menyebutnya Khalifatu khalifah Rasulillah SAW. Julukan ini berlangsung lama, hingga datang seorang utusan dari Iraq dan bertanya, "Dimana amir (pemimpin) Kalian?". Para sahabat menjawab, "Siapa amir kami?. Utusan itu menjawab, "Umar". Mulai saat itulah gelar Amirul Mukminin disandangkan kepada Umar.
Julukan yang lain ialah Abu Hafsh. Hafsh berarti macan. Para ulama mengatakan, Umar diberi kun-yah (julukan) seperti itu karena dia kuat dan cepat. Dikisahkan, beliau pernah mengendalikan kuda yang sedang mengamuk dengan hanya memegang telinganya dan duduk di punggungnya tanpa bersandar pada apapun.
Adalah julukan Al-Faruq adalah julukan yang diberi oleh Rasulullah SAW, seperti hanya beliau memberi julukan Khalid bin Walid dengan Saifullah (Pedang Allah). Sebelum islam beliau adalah orang yang paling banyak dan paling keras dalam memberikan penyiksaan kepada orang-orang Islam. Suatu saat ia mengambil sebilah pedang dan pergi untuk membunuh Rasulullah SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.
Di rumah saudara perempuan Umar dan suaminya, Khabbab bin Al-A'raf sedang membaca al-Qur'an dan menyembunyikan keislaman mereka. Ketika Umar masuk rumah ia berkata, "Ocehan apa yang ku dengar ini?".
Khabbab berkata, "Ini hanya sebuah pembicaraan di antara kami". Saat itu mereka berdua sedang membaca surat Thaha.
Umar menghadap ke arah Khabbab, lalu saudara perempuannya berdiri, hendak melindungi suaminya. Umar pun menamparnya hingga berdarah. Melihat hal itu Umar menjadi iba.
Saudara perempuannya berkata, "Wahai Umar! Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.
Umar berkata, "Perlihatkan kepadaku lembaran yang telah kalian baca itu!".
"Tidak!" Jawab saudara perempuannya. "Engkau najis!. Ini adalah kitab Allah!, pergi dan mandilah!".
Umar pun pergi dan datang kembali. Ia mengambil lembaran itu dan membacanya. Lalu berkata: "Dimana Muhammad sekarang?".
Khabbab yang mendengar hal itu berkata, "Bergembiralah wahai Umar! Semoga doa Rasulullah SAW malam kamis itu mengenaimu!". Sekarang beliau berada di rumah di atas bukit Shafa".
Umar pergi menuju Rasulullah.
Di depan pintu Hamzah bin Abdul Mutthalib RA bersama sejumlah sahabat melihatnya dan berkata, "Sungguh Umar telah datang. Jika Allah menghendaki baik, maka segala puji bagiNya. Jika tidak, maka membunuhnya adalah pekerjaan sepele.
Rasulullah mendengar ketuk pintu yang dilakukan Umar. Beliau keluar dan berkata, "Adakah telah tiba masanya, engkau masuk Islam, wahai Umar? Sebelum Allah memberikan kesusahan bagimu".
Umar berkata, "Saya bersaksi tiada tuhan selai Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah".
Kemudia Umar berkata: "Tidakkah kita berjalan di atas kebenaran hidup atau mati?".
Rasulullah manjawab: "Demi Allah yang menguasai diriku, sesungguhnya kita terus berjalan di atas kebenaran hidup atau mati".
Umar berkata: "Mengapa kita hanya duduk di sini? Tidakkah kita memperlihatkannya?".
Maka saat itu juga Rasulullah SAW dan para sahabat keluar untuk melakukan thawaf di Baitullah, memperlihatkan dakwah. Ketika itulah Rasulullah memberinya gelar Al-Faruq, pemisah antara dakwah secara sembunyi-sembunyi dan dakwah secara terang-terangan. Pemisah antara orang-orang Islam dan orang-orang musyrik.
Abdullah bin Mas'ud berkata: "Keislaman Umar adalah penaklukan, hijrahnya adalah pertolongan dan kepemimpinannya adalah rahmat".
Dari sinilah dia dijuluki al-Faruq, seperti halnua Allah SAW memberi nama hari perang Badar dengan yawmul furqan; hari yang memisahnya. Kerena pada hari itu Allah memisahkan antara kekuatan syirik dan kekuatan Islam.
Sumber: "Syarh Al-Arbain An-Nawawiyah" karya: Syeikh Athiyah Salim.