Masjid Selimiye, Karya Mimar Sinan untuk Kesultanan Turki Usmani
Kesultanan Turki Usmani merupakan sebuah dinasti besar yang berkuasa pada akhir abad ke-13 sampai awal abad ke-20. Di bawah kepemimpina...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/06/masjid-selimiye-karya-mimar-sinan-untuk.html
Kesultanan Turki Usmani
merupakan sebuah dinasti besar yang berkuasa pada akhir abad ke-13 sampai awal
abad ke-20. Di bawah kepemimpinan Sultan Selim I dan Sultan Suleyman pada abad
ke-16, Dinasti Usmani berhasil mencapai puncak kejayaannya. Saat itu, wilayah
kedaulatannya membentang dari Aljazair di sebelah barat hingga Azerbaijan di
sebelah timur dan Yaman di sebelah selatan sampai Hungaria di sebelah utara.
Dengan kata lain, 43 negara dari tiga benua yang ada saat ini pernah dikuasai
Dinasti Usmani.
Puncak kejayaan Usmani
mengantarkannya pada periode klasik. Pada periode inilah Dinasti Usmani
memfasilitasi kesultanannya dengan berbagai sarana pemerintahan dan sarana
publik berupa bangunan-bangunan bernilai tinggi. Sampai sekarang, jejak-jejak
era keemasan Usmani masih bisa dirasakan melalui karya-karya arsitektur yang
tersebar di berbagai penjuru wilayah kedaulatannya, terutama di Turki.
Proyek pembangunan Dinasti
Usmani pada era tersebut tidak dapat lepas dari peran seorang jenius bernama
Mimar Sinan yang kala itu menjabat sebagai kepala arsitek dan teknik sipil
Kesultanan Usmani. Beliau melaksanakan tugasnya pada masa kepemimpinan Sultan
Suleyman, Sultan Selim II, dan Sultan Murad III.
Merujuk pada tulisan Sai Mustafa
Celebi yang berjudul Tezkiretul Ebniye, semasa hidupnya, Mimar Sinan telah
mengepalai pendirian 476 buah bangunan berupa masjid, sekolah, pemandian,
istana, jembatan, madrasah, rumah sakit, dan berbagai sarana lainnya. Di antara
deretan karyanya tersebut terdapat sebuah bangunan monumental yang diakui oleh
Mimar Sinan sendiri sebagai karyanya paling termasyhur, yaitu Masjid Selimiye.
Masjid Selimiye dibangun di Kota
Edirne. Menurut catatan Evliya Celebi, seorang penjelajah asal Kesultanan
Usmani, dipilihnya Edirne sebagai tempat pembangunan masjid tersebut didasarkan
pada mimpi Sultan Selim II. Di dalam mimpinya, Nabi Muhammad saw. memerintah
Sang Sultan untuk membangun sebuah masjid besar di Edirne, kota yang menurut
mimpi itu dilindungi oleh Nabi Muhammad saw. Alasan lainnya menyatakan bahwa
para sultan terdahulu telah mendirikan begitu banyak masjid besar di Turki
wilayah timur, sedangkan baru sedikit saja yang berada di wilayah sebelah
barat. Padahal, daerah ini memiliki peran yang sangat penting, khususnya Kota
Edirne yang menjadi gerbang penghubung antara daratan Turki dengan Benua Eropa.
Oleh karena itu, dipilihnya Edirne sebagai tempat pembangunan masjid ini
dianggap sebagai pilihan yang sangat bijak.
Sultan Selim II sebagai
pemrakarsa masjid memercayakan proses perancangan dan pembangunannya kepada
Mimar Sinan. Sang Arsitek sampai membutuhkan waktu delapan tahun untuk
menyendiri dan memikirkan rancangan masjid yang akan menjadi karya terbesarnya
itu. Pembuatan pondasinya saja membutuhkan waktu dua tahun. Hal ini dilakukan
untuk menstabilkan permukaan dan tekstur tanah di lokasi pendirian masjid.
Proyek pembangunan masjid yang
dikerjakan oleh 14.400 pekerja ini menghabiskan dana sebesar 4,58 juta keping
emas. Pengerjaannya sendiri dimulai tahun 1568 dan selesai pada 27 November
1574, tetapi masjid ini baru dibuka untuk umum pada tanggal 14 Maret 1575, tiga
bulan setelah Sultan Selim II mangkat. Sang Sultan tidak sempat meresmikan
masjid yang telah diprakarsainya itu.
Tandingan Hagia Sophia
Dahulu terdapat sebuah ungkapan
dari kalangan arsitek Kristen yang menyatakan bahwa tidak akan ada seorang pun
arsitek Muslim yang dapat membangun kubah sebesar kubah Hagia Sophia di
Istanbul. Pandangan negatif inilah yang menjadi motivasi bagi Mimar Sinan untuk
membangun Masjid Selimiye. Dengan berdirinya masjid ini, akhirnya ejekan dari
para arsitek Kristen itu pun terpatahkan. Mimar Sinan berhasil mendirikan
Masjid Selimiye yang memiliki kubah berdiameter 31 meter, setara dengan kubah
Hagia Sophia.
Tinggi kubah utama dari lantai
dasar Masjid Selimiye adalah 42 meter. Kubah utama ini memiliki penampang
berbentuk persegi delapan yang masing-masing sudutnya ditopang oleh delapan
pilar besar. Bagian antara dasar kubah dengan kedelapan pilar tersebut diisi
oleh muqarnas (ornamen berbentuk stalaktit). Di bawahnya, empat buah half-dome
(kubah terpotong) ditempelkan pada keempat sisi penampang kubah utama dan
sebuah half-dome lainnya menaungi ruang mihrab. Dengan demikian, apabila
dilihat dari atas, rangkaian kubah terpusat Masjid Selimiye terlihat seperti
seekor kura-kura. Jumlah half-dome dan kubah kecil yang menaungi ruang shalat
utama masjid terbilang sangat sedikit. Hal ini membuat kubah raksasa yang
berada di pusat bangunannya terlihat sangat dominan.
Seperti masjid bergaya Usmani
lainnya, Masjid Selimiye memiliki halaman berbentuk persegi panjang dengan
sebuah tempat wudhu berupa air mancur (sardivan) di tengahnya. Area terbuka ini
dikelilingi oleh portico (teras berpilar) yang beratapkan 18 kubah. Portico
Masjid Selimiye memiliki 16 pilar. Menurut para ilmuan, pilar-pilar tersebut
berasal dari Mesir, Siprus, Syria, dan Turki. Halaman dengan gaya sepeti ini
mengadopsi bentuk peristyle pada halaman bergaya Romawi Kuno atau bentuk sahn
pada bangunan-bangunan di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pada keempat sudut masjid bediri
empat buah menara setinggi 84 meter. Masing-masing menara memiliki tiga buah
balkon. Dua menara di antaranya memiliki tiga buah pintu tangga yang menuju
langsung pada ketiga balkonnya. Artinya, terdapat tiga jalur tangga yang
berbeda pada sebuah menara. Hal tersebut merupakan bukti lain dari kejeniusan
seorang Mimar Sinan.
Ruang utama masjid terdiri dari
dua lantai, yaitu lantai dasar sebagai tempat shalat utama dan lantai atas
berupa balkon yang mengelilingi ruangan utama. Rancangan seperti ini adalah
ciri khas masjid berarsitektur Turki Usmani.
Masjid Selimiye diterangi oleh
384 buah jendela. Ratusan jendela itu terbagi ke dalam lima tingkatan.
Jendela-jendela pada tingkat terbawah dan tingkat kedua menerangi lantai dasar
dan balkon masjid. Barisan jendela pada tingkat ketiga dan keempat merupakan
jendela-jendela clerestory (jendela pada dinding atas) yang cukup banyak
membiaskan cahaya alami ke dalam masjid. Pada tingkat kelima terdapat deretan
jendela kubah yang menerangi interior kubah masjid. Sinan menggunakan kaca
jendela berwarna terang untuk memberikan efek pencahayaan yang maksimal pada
interiornya.
Interior masjid didominasi oleh
Marmer berwarna putih dan coklat muda dari Pulau Marmara serta ubin-ubin
keramik yang berasal dari Kota Iznik. Berbagai ornamen kaligrafi karya Hasan
Celebi, hiasan arabes, dan muqarnas khas corak Usmani klasik pun turut
menghiasi interior dan eksteriornya. Hampir seluruh lengkungan antarpilar yang
terdapat pada Masjid Selimiye terdiri dari voussoir (balok-balok pembentuk
lengkungan) berwarna merah dan putih yang disusun secara berselingan.
Di dalam masjid, tepat di tengah
ruang shalat utama terdapat mahfil muadzin, yaitu bangunan menyerupai panggung
yang berfungsi sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Mahfil muadzin di
Masjid Selimiye memiliki tinggi 2,4 meter dan ditopang oleh 12 tiang kecil
dengan lengkungan berukir. Letak mahfil yang berada tepat di bawah kubah utama
ini sempat menimbulkan kontroversi karena biasanya mahfil muadzin diletakkan di
pinggir ruang shalat utama. Sinan meletakannya tepat di tengah supaya tidak
mengganggu kesimetrisan masjid. Di bawah mahfil muadzin, Sang Arsitek
menempatkan sebuah air mancur kecil sebagai metafora jiwa dari kubah raksasa yang
tepat berada di atasnya.
Mihrab Masjid Selimiye terletak
pada sebuah ceruk yang menonjol keluar seperti apse pada bangunan gereja.
Mihrab ini terbuat dari pahatan batu marmer monolitik yang dihiasi ornamen
geometri dan kaligrafi. Sebuah mimbar bertangga yang sangat tinggi terletak di
sebelah kanan ceruk mihrab. Mahfil sultan sebagai tempat shalat sultan dan para
petinggi negara berada di atas balkon yang terletak di sebelah kiri ceruk
mihrab. Semua lantai masjid ditutupi oleh karpet berwarna merah. Pada malam
hari, pencahayaan interior masjid dibantu oleh sekian banyak lampu gantung.
Masjid Selimiye yang bediri di
atas lahan seluas 2.475 meter persegi ini dapat menampung sekitar enam ribu
jamaah. Hingga kini, masjid yang berusia empat abad tersebut menjadi ikon Kota
Edirne sekaligus menjadi salah satu warisan terbesar peradaban Islam di bidang
arsitektur.
Kulliye: Pusat Kota Khas Turki
Usmani
Dalam tata kota khas Kesultanan
Turki Usmani dikenal istilah ‘kulliye’ yang berarti kompleks sarana publik yang
mengelilingi sebuah masjid besar. Sama seperti kebanyakan masjid lainnya di
Turki, Masjid Selimiye pun berada di dalam sebuah lingkungan kulliye. Di
belakang masjid ini terdapat dua buah bangunan kembar, yaitu Darul Hadits dan
Madrasah sebagai tempat pembelajaran Islam dan pengetahuan umum. Kedua sekolah
ini merupakan bangunan peristyle berbentuk persegi dengan taman terbuka di
tengahnya. Semua ruang kelasnya dihubungkan oleh portico yang mengelilingi
taman tersebut.
Di sebelah kanan masjid terdapat
kompleks pertokoan (arasta) sepanjang 255 meter yang terdiri dari 124 toko.
Deretan toko tesebut berdiri saling berhadapan dan dihubungkan oleh sebuah
lorong besar. Pertokoan ini dibangun atas perintah Sultan Murad III untuk menambah
pendapatan kas masjid. Terpisah oleh jalan raya, di sekitar masjid terdapat
beberapa fasilitas umum lainnya seperti rumah sakit, perpustakaan, pemandian,
dapur umum, penginapan, dan permakaman.
Tidak jauh dari kompleks Masjid
Selimiye terdapat beberapa bangunan bersejarah lainnya yang telah berdiri
beberapa tahun sebelum masjid ini dibangun, di antaranya adalah Masjid Eski
Cami yang dibangun atas titah Sultan Mehmet I, Masjid Uc Serefeli yang menjadi
salah satu pelopor masjid dengan menara berbalkon tiga, serta Kompleks Museum
Kesehatan Bayezid II yang pada era Usmani dahulu merupakan sebuah rumah sakit
dan sekolah kesehatan.
Masjid Selimiye dan
bangunan-bangunan bersejarah lainnya di Edirne menjadikan kota ini bagaikan
sebuah museum terbuka yang mampu membuktikan jejak-jejak kejayaan Kesultanan
Turki Usmani serta tingginya peradaban Islam pada masa lampau.