Bagian Setan Di Hati Rasulullah SAW
Salah satu hadits menceritakan mengenai peristiwa dibelahnya dada Rasul SAW. Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa ketika dada Rasul SA...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/06/bagian-setan-di-hati-rasulullah-saw.html
Salah
satu hadits menceritakan mengenai peristiwa dibelahnya dada Rasul SAW. Dalam
hadits tersebut dikatakan bahwa ketika dada Rasul SAW dibelah, malaikat
mensucikan hati Nabi SAW dan mengeluarkan bagian setan (hadh as-syaithan) yang ada di dalamnya.
Syubhat
Nabi
SAW adalah seorang yang sempurna kemaksumannya. Bukankah tidak layak dalam hati
manusia paling maksum terdapat
bagian bagi setan?
Jawaban
Sebenarnya,
dikeluarkanya bagian setan dari hati Nabi SAW di usianya yang masih belia
justru merupakan bukti kesempurnaan penjagaan (‘ishmah) Allah
SWT terhadap Beliau. Terlebih jika kita memahami bahwa maksud bagian setan yang
dikeluarkan dari hati Nabi SAW bukan bagian yang menjadi tempat setan untuk menggoda
Nabi SAW. Tetapi yang dimaksud bagian setan itu adalah rahmat (kasih sayang) Nabi
SAW kepada siapapun termasuk setan. Sebab Nabi SAW diutus sebagai rahmatan
lil`alamin (rahmat bagi semesta alam). Sebagaimana firman Allah SWT:
وما أرسلناك
إلا رحمة للعالمين [الأنبياء: 107]
Artinya
: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya:
107)
Rahmat
Nabi SAW kepada setan inilah
yang dikeluarkan malaikat dari hati beliau, hingga dalam hati beliau tidak ada
ruang rahmat bagi setan. Maka tidak ada hal yang perlu dipersoalkan mengenai
peristiwa ini. (Al-Insan Al-Kamil: 1/34)
Bisa
juga yang dimaksud bagian setan ini tempat fitnah setan atau tempat setan untuk
menghembuskan hal-hal yang tidak baik. Karena bagian ini diciptakan oleh Allah
dalam semua hati manusia yang dapat menerima bisikan setan. Allah pun
menghilangkan bagian itu dari hati Rasulullah SAW. Pada sebagian ahli waris
Rasulullah hal ini terjadi dengan memuntahkan darah hitam yang terbakar oleh
nur tauhid. Akan tetapi terdapatnya bagian setan ini dalam hati Rasulullah SAW,
bukan berarti setan akan mampu membisikkan godaan kepada beliau sebelum dada
beliau dibelah malaikat. (Radd asy-Syubuhat haul ‘ishmah an-Nabi SAW; 1/111)
Lantas
mengapa dada Nabi SAW harus dibelah, bukankah mudah saja bagi Allah SWT untuk
tidak menciptakan bagian itu, atau menghilangkanya tanpa proses pembelahan?
Hikmah
terjadinya pembelahan dada ini adalah untuk menumbuhkan sikap keberanian dan
kekuatan iman dalam diri Rasul SAW, karena tiap kali dadanya dibelah, Beliau
melihat secara langsung apa yang dilakukan oleh malaikat pada dirinya dan
ternyata pembelahan ini tidak berdampak apapun pada tubuhnya. Hal inilah yang
menguatkan keyakinan Beliau bahwa Allah SWT selalu menjaganya. Oleh karena
itulah Rasul SAW tumbuh menjadi manusia yang paling berani, dan tidak ada yang
ditakutinya kecuali Allah SWT semata. (Radd asy-Syubuhat haul ‘ishmah an-Nabi
SAW; 1/111)
Hikmah
yang lain bahwa pembelahan ini adalah bagi dari mukjizat Beliau dalam arti,
jika bagian tersebut tidak diciptakan Allah dalam hati Rasulullah, maka
mukjizat ini tidak akan tampak. Hal ini tidak bisa disamakan dengan kelahiran Rasulullah
dalam keadaan sudah dikhitan, karena jika Rasulullah lahir belum dikhitan, maka
akan terjadi hal-hal yang akan mengurangi kesempurnaan penciptaan belau, berupa
terlihatnya aurat beliau saat dikhitan. (Tafsir Haqqi: 14/377)
Pembelahan
ini juga berfungsi sebagai peringatan atas umat beliau untuk bersikap waspada
dan berhati-hati terhadap setan dengan segala tipu daya, fitnah dan bisikannya.
(Nadzm Ad-Durar:3/327)
Adapun
pembelahan dada ini terulang sampai tiga kali. Yang pertama yaitu yang terjadi
di masa kecil Rasul SAW adalah agar Beliau tumbuh dalam keadaan terjaga dari
syaithan dengan dikeluarkanya bagian syaithan dari hatinya. Pembelahan dada
kedua yang terjadi ketika beliau diangkat menjadi Nabi adalah agar Beliau dapat
menerima wahyu dengan kesucian dan kekuatan hati yang paling sempurna.
Sedangkan peristiwa ketiga yang terjadi saat mi’raj adalah agar Beliau mampu
untuk bertemu dengan Allah SWT. (Tafsir Al-Baghawi: 5/60).
Sedangkan
ungkapan yang ada dalam maulid simtud durar mengenai
peristiwa ini, yaitu :
و ما اخرج
الاملاك من قلبه اذا # ولكنهم زادوه طهرا على طهر
“Tidaklah
para malaikat itu mengeluarkan dari hati Nabi kotoran melainkan
mereka menambahkan kesucian dalam hati Nabi yang suci”.
Ungkapan
ini tidak bertentangan dengan ungkapan sebelumnya, karena Habib Ali Al Habsyi
tidak menafikan pengeluaran sesuatu di hati nabi, buktinya sebelum bait ini
tertera :
ثم اخرجوا
من قلبه ما اخرجوه و اودعوا فيه من اسرار العلم و الحكمت ما اودعووا
“Kemudian
mereka keluarkan dari hati Nabi apa yang mereka keluarkan, dan meletakkan
didalamnya rahasia-rahasia ilmu dan hikmah yang mereka letakkan dalamnya”.
Jelas
tidak ada pertentangan antara ungkapan dalam Maulid Simtud Durar dengan
ungkapan sebelumnya. Memang malaikat mengeluarkan sesuatu dari hati Nabi SAW
akan tetapi yang dikeluarkan dari hati Beliau bukanlah merupakan kotoran
melainkan sifat rahmat beliau pada syaithan. bukan hanya itu, setelah
dikeluarkanya bagian tersebut dari hati Nabi, malaikat kemudian mengisi hati Nabi
SAW dengan rahasia-rahasia keilmuan sehingga menambah suci hatinya yang telah
suci.
Sumber:
https://www.facebook.com