Hujjah para 'Penyembah Kubur' (2-Habis)
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2013/07/hujjah-para-penyembah-kubur-2-habis.html?m=0
Pada bagian pertama, telah dikemukakan dalil-dalil sunnah tentang anjuran dan diperbolehkannya berdoa, bertawasul dan bertabaruk di makam Rasulullah, ulama, aulia dan para shalihin. Pada bagian ini, akan dikemukakan riwayat dari para salafuna as-shalih.
Dalam Syu'ab al-Iman hadits no. 3861 disebutkan:
عن ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ بَعْضَ مَنْ أَدْرَكْتُ ، يقول : " بَلَغَنَا أَنَّهُ مَنْ وَقَفَ عِنْدَ قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَلا هَذِهِ الآيَةَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا سورة الأحزاب آية 56 ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا مُحَمَّدُ حَتَّى يَقُولَهَا سَبْعِينَ مَرَّةً فَأَجَابَهُ مَلَكٌ : صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ يَا فُلانُ لَمْ يَسْقُطْ لَكَ حَاجَةٌ "
Diceritakan dari Ibnu Abi Fudaik, ia berkata: "Saya mendengar dari sebagian ulama yang saya temua berkata, bahwa telah sampai kepadanya bahwa, barang siapa berdiri di samping makam nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan membaca ayat ini: (Innallaha wa mala'ikatahu dst. [Al-Ahzab: 56]), semoga Allah memberikan rahmat ta'dzim kepadamu, wahai Muhammad), hingga 70 kali, maka malaikat akan menjawabnya: 'Semoga Allah mengampunimu, wahai Fulan! Tidak akan gagal apa yang menjadi hajatmu".
Riwayat ini juga disebut dalam Tarikh al-Jurjan (1/220) dan dalam Ad-Durr al-Mantsur (1/570-571).
Al-Hafidz Al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (1/123) menyatakan:
كان سيدنا محمد بن إدريس الشافعي رضي الله عنه يقول: إني لأتبرك بأبي حنيفة وأجيء إلى قبره في كل يومٍ فإذا عرضت لي حاجةٌ صليت ركعتين وجئت إلى قبره وسألت الله تعالى الحاجة عنده
"Sayidina Muhammad Idris As-Syafi'i RA, berkata: "Sesungguhnya aku bertabarruk kepada Abu Hanifah. Dan aku menziarahi makamnya setiap hari. Jika aku mempunyai hajat, aku shalat dua rakaat, lalu menziarahi makam beliau, dan meminta kepada Allah SWT apa yang menjadi hajatku, di samping makam beliau".
Al-Hafidz Ibnu Mulaqqin dalam kitabnya "Thabaqat al-Auliya" ketika menyebutkan Sayyidah Syarifah Nafisah binti al-Hasan Al-Anwar bin Zaid Al-Ablaj bin Al-Hasan bin Ali –Radhiyallahu anhum—mengatakan bahwa makamnya terkenal dengan dikabulkannya doa.
Pernyataan senada juga disebutkan dalam Siyar A'lam an-Nubala' (10/107).
Dalam kitab As-Syifa karya Al-Qadhi Uyadh (18) disebutkan bahwa ketika Khalifah Al-Mansur melakukan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam--, ia bertanya kepada Imam Malik: "Wahai Abu Abdillah! Adakah aku menghadap kiblat, lalu berdoa kepada Allah atau aku menghadap makam Rasulullah SAW?".
Al-Imam Malik menjawab:
ولم تصرف وجهك عنه وهو وسيلتك ووسيلة أبيك ءادم عليه السلام إلى الله تعالى؟ بل استقبله واستشفع به فيشفعه الله
"Mengapa kau harus memalingkan wajahmu dari Rasulullah, sementara beliau adalah wasilahmu dan wasilah ayahmu, Nabi Adam alaihissalam kepada Allah?. Menghadaplah kepada beliau, mintalah kepada pertolongan kepada Allah dengan lantaran beliau, maka Allah akan memberikan pertolongan kepadamu".
Al-Qadhi Iyyadh menyatakan bahwa riwayat ini shahih. Begitu pula Sayyid As-Samhudi dalam Khulashah al-Wafa, Al-Qisthillani dalam al-Mawahib al-Laduniyah dan Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab al-Jauhar al-Munadzam.
Al-Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim (9/106) menyebutkan :
إذا انصرف الحجاج والمعتمرون من مكة فليتوجهوا إلى مدينة رسول الله صلى الله عليه وسلم لزيارة تربته صلى الله عليه وسلم فإنها من أهم القربات وأنجح المساعي .
"Jika para jamaah haji dan umrah pergi dari Mekah, maka hendaknya ia menuju Madinah untuk ziarah ke Makam Rasulullah –Shallallahu alaihi wa sallam--. Karena ziarah tersebut termasuk amal qurabat yang paling penting dan amal perbuatan yang dapat menyelamatkan".
Pernyataan Imam An-Nawawi ini juga disebutkan dalam kitabnya yang berisi ulasan khusus tentang haji dan umrah, yaitu "al-Idhah".
Al-Imam Al-Hafidh Ubnu Abi Ashim (206-287 H), seorang ulama ahli hadits terkemuka mengatakan dalam Al-Ahad wal Mastani (1/163) bahwa, ia telah menyaksikan banyak para ahli ilmu dan orang-orang yang utama, ketika mendapatkan kesusahan dalam suatu urusan, maka mereka datang ke makam Thalhah bin Ubaidillah, lalau mengucapkan salam dan berdoa di sana. Mereka akan segera mengetahui permohonannya di kabulkan. Guru-guru beliau juga mengabarkan bahwa tradisi tersebut telah dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Riwayat ini juga disebutkan oleh Abu Nuaim dalam kitab Ma'rifatus Shahabah (1/100)
Al-Hasan bin Ibrahin Abu Ali Al-Khallal berkata:
ما همني أمر فقصدت قبر موسى بن جعفر فتوسلت به إلا سهل الله تعالى لي ما أحب
"Tiada kekusahan yang menimpaku, lalu aku mendatangi makam Musa bin Ja'far, lalu aku bertawasul dengannya, kecuali Allah memudahkan padaku apa yang aku inginkan".
Perkataan Al-Khallal ini disebutkan al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (1/120).
Adz-Dzahabi dalam "Siyar a'lam an-Nubala" mengatakan:
وقال أبو علي الغساني : أخبرنا أبو الفتح نصر بن الحسن السكتي السمرقندي : قدم علينا بلنسية عام أربعة وستين وأربعمائة . قال : قحط المطر عندنا بسمرقند في بعض الأعوام ، فاستسقى الناس مرارا ، فلم يسقوا . فأتى رجل صالح معروف بالصلاح إلى قاضي سمرقند ، فقال له : إني رأيت رأيا أعرضه عليك . قال : وما هو ؟ قال : أرى أن تخرج ويخرج الناس معك إلى قبر الإمام محمد بن إسماعيل البخاري ، وقبره بخرتنك ، ونستسقي عنده ، فعسى الله أن يسقينا . قال : فقال القاضي : نعم ما رأيت . فخرج القاضي والناس معه ، واستسقى القاضي بالناس ، وبكى الناس عند القبر ، وتشفعوا بصاحبه ، فأرسل الله - تعالى - السماء بماء عظيم غزير ، أقام الناس من أجله بخرتنك سبعة أيام أو نحوها ، لا يستطيع أحد الوصول إلى سمرقند من كثرة المطر وغزارته ، وبين خرتنك وسمرقند نحو ثلاثة أميال .
“Abu Ali Al Ghassani berkata, Abul Fath Nashr As-Sikti As-Samarqandi mengabarkan kepadaku: Kami datang dari Valencia pada tahun 464 H. Ketika itu selama beberapa tahun di Samarkand tidak pernah turun hujan. Maka orang-orang pun shalat istisqa berkali-kali, namun hujan belum juga turun. Maka seorang lelaki yang dikenal dengan keshalihannya mendatangi Qadhi kota Samarkand, ia berkata kepada sang Qadhi: “Saya punya pendapat yang akan saya sampaikan kepada anda” Qadhi berkata: “Apa itu?” lelaki shalih berkata: “Menurutku, sebaiknya anda keluar bersama orang-orang menuju makam Imam Muhammad bin Ismail Al Bukhari, makam beliau berada di Kharatnak. Kita shalat istisqa di samping makam beliau, mudah-mudahan Allah menurunkan hujan untuk kita”. Qadhi berkata: “Sungguh bagus pendapatmu!”. Maka keluarlah sang Qadhi Samarkand dengan orang-orang menuju makam Imam Al-Bukhari, lalu shalat istisqa di sana. Orang-orang pun yang menangis di samping makam, mereka juga meminta pertolongan dengan lantaran Imam al-Bukhari. Kemudian Allah menurunkan hujan yang sangat deras, hingga orang-orang saat itu menetap di Kharatnak sekitar tujuh hari. Tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat pulang ke Samarkand karena banyak dan derasnya hujan. Padahal jarak antara Samarqand dan Kharatnak sekitar tiga mil“.
Al-Hafidh Abu Ali An-Naisaburi mengatakan:
كنت في غم شديد فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم في المنام كأنه يقول لي سر إلى قبر يحيى بن يحيى واستغفر وسل تقض حاجتك ، فأصبحت ففعلت ذلك فقضيت حاجتي
"Aku dalam kesusahan yang sangat, lalu aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW, seakan-akan beliau bersabda: "Pergilah ke makam Yahya bin Yahya, bacalah istighfar dan berdoalah kepada Allah, maka hajatmu akan dikabulkan". Pagi-gai aku melakukan hal itu, maka hajatku terkabulkan".
Demikianlah beberapa riwayat dari ulama salaf, yang menganjurkan berdoa di makam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ulama, auliya dan orang yang shaleh.
Semua dalil dan riwayat yang telah dikemukakan, merupakan hujjah bagi kita untuk melestarikan tradisi ziarah, tabaruk dan tawasul, walaupun sebagian kalangan menentangnya, membantahnya, bahkan menganggapnya sebagai hujjah palsu, lalu menggolongkan kita yang melestarikannya sebagai penyembah qubur atau quburiyun. Sekali lagi, berdoa di samping makam, tabaruk dan tawasul merupakan amalan yang disyariatkan dan dianjurkand alam Islam. Rasulullah menganjurkan, para sahabat dan tabi'in, serta ulama-ulama sesudahnya melakukannya, dan tentu saja tidak bertentangan dengan tauhid islam.
Wallau A'lam.