Kejujuran Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Azis merupakan khalifah yang memimpin umat Islam selepas masa Khulafaur Rasyidin. Nama ini terkenal sebagai salah satu...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2013/07/kejujuran-umar-bin-abdul-aziz.html?m=0
Umar bin Abdul Azis merupakan khalifah yang memimpin umat Islam selepas masa Khulafaur Rasyidin. Nama ini terkenal sebagai salah satu pemimpin yang sangat antikorupsi.
Umar bin Abdul Azis masih memiliki hubungan darah dengan Khalifah Umar bin Khattab. Dari nasab tersebut, dia pun mewarisi sifat-sifat Umar bin Khattab.
Pernah suatu malam, terdapat seorang utusan gubernur hendak menghadap dia. utusan itu mengetuk pintu dan dibukakan oleh pelayan. Kepada sang pelayan, utusan itu memintanya untuk memberitahukan kedatangannya kepada Umar.
"Sampaikan kepada Amirul Mukminin. Utusan gubernur ingin menghadap," kata utusan itu.
Pelayan kemudian menyampaikan hal itu kepada Umar. Sang Khalifah pun menyuruh pelayan mempersilakan masuk. "Biarkan dia masuk," kata Umar kepada pelayan.
Terjadilah percakapan antara kedua orang ini. Umar banyak bertanya tentang bagaimana kondisi pemerintahan, kabar masyarakat, penunaian hak masyarakat, dan lain sebagainya. Semua pertanyaan itu dapat dijawab oleh sang utusan gubernur dengan sangat baik.
Lalu, utusan gubernur itu balik bertanya kepada Umar. "Bagaimana kabar Anda, wahai Amirul Mukminin? kabar keluarga Anda? Bagaimana pula kabar pegawai yang menjadi tanggung jawab Anda?" tanya si utusan.
Mendapat pertanyaan itu, Umar langsung meniup lilin hingga ruangan menjadi gelap. Kemudian, dia berkata, "Pelayan, nyalakan lampunya." Si pelayan kemudian menyalakan lampu yang memiliki penerangan sangat redup.
Tindakan Umar menarik perhatian si utusan gubernur itu. Dia kemudian berkata kepada Umar, "Wahai Amirul Mukminin, saya melihat Anda melakukan perbuatan yang belum pernah Anda lakukan."
"Apa itu?" tanya Umar.
"Mematikan lilin ketika saya bertanya tentang keadaan Anda dan keluarga. Mengapa Anda melakukan hal demikian?" tanya si utusan.
Umar pun menjawab pertanyaan itu. "Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan tadi adalah harta Allah, harta kaum muslimin. Ketika saya bertanya kepada Anda tentang urusan pemerintahan, maka lilin ini dipakai untuk kemaslahatan umat. Tetapi, ketika Anda bertanya soal kondisi saya pribadi, maka saya menyalakan lampu ini. Lampu ini milik pribadi saya, minyaknya pun saya beli dari penghasilan saya," kata Umar.