8 Perbedaan Aqidah Syiah Zaidiyah dan Ahlussunnah
Sudah maklum bahwa aqidah Ahussunnah Waljamaah adalah aqidah yang shahih, sesuai dengan dalil aqli dan naqli. Aqidah mayoritas muslimin ...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2013/11/8-perbedaan-aqidah-syiah-zaidiyah-dan.html?m=0
Sudah maklum bahwa aqidah Ahussunnah Waljamaah adalah aqidah yang shahih, sesuai dengan dalil aqli dan naqli. Aqidah mayoritas muslimin ini berbeda jauh dengan aqidah kelompok-kelompok ahlul bid'ah, seperti rafidhah, zaidiyah, wahabiyah dalam lain-lain. Kali ini akan disebutkan beberapa perbedaan mendasar antara aqidah ahlussunnah dan kelompok Zaidiyah, kelompok sempalan Syiah yang dinisbatkan kepada Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali radliyallahu anhum (80-122 H). Sementara ini, syiah Zaidiyah dianggap sebagai kelompok Syiah yang dekat dengan Ahlussunnah waljamaah. Berikut perbedaan-perbedaan Zaidiyah dan Ahlussunnah yang berhasil dihimpun dari kitab-kitab mereka.
Perbedaan Pertama
Kelompok Zaidiyah tidak meyakini bahwa orang-orang yang beriman dapat melihat Allah ta'ala di hari kiamat, seperti keyakinan kaum Mu'tazilah. Ahlussunnah meyakini hal ini. Orang mukmi di surge akan melihat Allah yang suci dari bentuk dan rupa serta konsekwensi keduanya, seperti arah, tempat dan lain-lain.
Perbedaan Kedua
Kaum Zaidiyah berkeyakinan bahwa Allah tidak menciptakan maksiat. Mereka juga beranggapan bahwa maksiat yang dilakukan manusia bukan bagian dari qadar Allah. Keyakinan ini sama seperti keyakinan kelompok Mu'tazilah. Sementara Ahlussunnah beri'tiqad bahwa Allah adalah pencipta bagi setiap sesuatu. Tidak ada benda yang wujud, dan tidak ada kejadian yang terjadi kecuali diciptakan oleh Allah ta'ala. Perbuatan maksiatpun diciptakan Allah subhanahu wa ta'ala.
Perbedaan Ketiga
Syiah Zaidiyah menyakini bahwa orang yang terjatuh dalam perbuatan dosa besar disebut sebagai orang yang fasiq, dan saat dia mati dalam keadaan tidak bertaubat, maka ia disiksa di neraka selama-lamanya. Menurut Ahlussunnah, orang yang seperti itu masih berada dalam kehendak Allah. Jika Allah mengendaki, Allah akan mengampuninya, membebaskan semua kesalahannya dan memasukkannya ke surge tanpa harus mendekam di neraka. Sebaliknya, jika Allah menghendaki, ia akan disiksa di neraka, tetapi tidak kekal, selama ia masih beriman dan bertauhid kepada Allah ta'ala.
Perbedaan Keempat
Firqah Zaidiyah dalam maslah kalamullah berpendangan sama dengan kaum mu'tazilah. Mereka mengatakan bahwa kalam adalah makhluk, bukan bagian dari sifat-sifat Allah. Sedangkan Ahlussunnah berpendapat bahwa kalam adalah sifat Allah seperti sifat-sifat Allah yang lain. Kalam adalah sifat dzat yang suci dan qadim (tidak ada permulaannya).
Perbedaan Kelima
Zaidiyah mengingkari adanya syafaah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bagi umat beliau yang menjadi ahli maksiat. Kelompok ini berpendapat bahwa syafaat Rasulullah hanya khusus bagi mukminin sebagai tambahan nikmat saja. Oleh sebab itu, menurut mereka para pelaku maksiat dan ahli dosa besar tidak akan diberi syafaat. Mereka akan kekal di neraka seperti orang-orang kafir dan kaum munafiqin.
Perbedaan Keenam
Zaidiyah berpendapat bahwa amal adalah syarat bagi keshahihan iman. Barang siapa mengikrarkan dua syahadat, tetapi tidak mau melakukan amal shaleh, atau menerjang maksiat meski seperti melakukan ifthar di siang ramadlan atau mengkonsumsi khamr, maka ia tidak dianggap sebagai orang yang beriman. Jika ia mati dalam keadaan tidak bertaubat, maka ia kekal di neraka.
Perbedaan ketujuh
Dalam masalah Imamah, kaum zaidiyah beri'tikad bahwa orang yang lebih berhak setelah kepemimpinan Rasulullah adalah sayyidina Ali karramallahu wajhah. Beliau dianggap sebagai pemegang wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Setelah sayyina Ali, imamah dilanjutkan oleh putra-putra sayyidah Fatimah, seperti Al-Hasan dan Al-Husein, sesuai dengan pedoman mereka dalam hal ini. Dengan dasar ini, kelompok Zaidiyah menganggap apa yang dilakukan oleh para sahabat ketika mengangkat Abu Bakar As-Shidiq dan khalifah sesudahnya adalah sebuah kesalahan. Namun demikian, kelompok Zaidiyah tidak sampai mengkafirkan para sahabat akibat "kesalahan" ini. Dalam masalah ini Zaidiyah terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama ridho dengan kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, sementara kelompok yang lain memilih diam tanpa ada pernyataan ridho dan tanpa ada penghujatan.
Perbedaan Kedelapan
Ahlussunnah Waljamaah mengharamkan pemberontakan atau keluar dari taat pemerintah muslim yang sah, meskipun bersikap fasik dan bertindak zalim. Sedangkan Syiah Zaidiyah memperbolehkan dan membernarkan pemberontakan kepada pemerintahan muslim yang zalim.(*rayaheen.net)
Wallahul Muwaffiq