Fatwa Sayyid Abdullah bin Umar bin Abi Bakar bin Yahya tentang Ritual Asyura
Sebagaimana dimaklumi, bahwa pada hari Asyura, tanggal 10 Muharram, kaum Syiah biasanya mengadakan ritual meratapi kesyahidan Sayyidina...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2013/11/fatwa-sayyid-abdullah-bin-umar-bin-abi.html?m=0
Sebagaimana dimaklumi, bahwa pada hari Asyura, tanggal 10 Muharram, kaum Syiah biasanya mengadakan ritual meratapi kesyahidan Sayyidina Husain bin Ali, ‘alaihimassalam, dengan menempeleng pipi dan berteriak dengan ratapan Ya Husain. Beberapa tahun yang lalu, ritual ini dilakukan di dalam sebuah Gereja di Lawang Malang. Ritual semacam ini dihukumi bid’ah dholalah dan sangat diharamkan dalam agama, sebagaimana telah difatwakan oleh al-Imam as-Sayyid Abdullah bin Umar bin Abi Bakar bin Yahya Ba-‘Alwi, dari Hadhramaut, seorang ulama besar dan mufti madzhab Syafi’i yang hidup pada abad 19 Masehi di Yaman. Berikut teks fatwa beliau yang dicatat dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidin, karya as-Sayyid Abdurrahman al-Masyhur Ba-‘Alwi.
(مسألة: ي): العمل بيا حسين في جهة الهند وجاوه المفعول يوم عاشوراء أو قبله أو بعده بدعة مذمومة شديدة التحريم، وفاعلوه فساق وضلال، متشبهون بالرافضة والناصبة، إذ الفاعلون لذلك قسمان: قسم ينوحوون ويندبون ويظهرون الحزن والجزع بتغيير لباس أو ترك لبس معتاد، فهم عصاة بذلك لحرمة هذه الأشياء، بل بعضها من الكبائر وفاعلها فاسق، وورد إن الميت ليعذب ببكاء أهله، وأنه يتأذى من ذلك، فانظر لهؤلاء الجهال الحمقى يريدون تعظيم الحسين سبط رسول الله بما يتأذى به، ويكون خصمهم به عند الله تعالى، بل الذي ينبغي لمن ذكر مصاب الحسين رضي الله عنه ذلك اليوم أن يشتغل بالاسترجاع، امتثالاً للأمر، وإحرازاً للأجر، وما أصيب به السبط يوم عاشوراء إنما هو الشهادة الدالة على مزيد حظوته ورفعة درجته عند ربه، وقسم يلعبون ويفرحون ويتخذونه عيداً وقصدهم إظهار الفرح والسرور بمقتل الحسين، فهم بذلك أشدّ عصياناً وإثماً، بل فعلهم هذا من أكبر الكبائر بعد الشرك، إذ قتل النفس أكبر الكبائر بعد الشرك، فكيف بقتل سيد المؤمنين ريحانة سيد الكونين ؟ والفرح بالمعصية وإظهار السرور بها شديد التحريم، ومرتبته كالمعصية في الإثم، بل جاء عن الإمام أحمد أنه كفر، وقد اتفق أهل السنة أن بغض الحسين والفرح بمصابه كبيرة يخشى منها سوء الخاتمة، ولأن الفرج بذلك يؤذي جدّه عليه الصلاة والسلام وعلياً والحسنين والزهراء رضوان الله عليهم، وقد قال تعالى: {إن الذين يؤذون الله ورسوله لعنهم الله} الآية. وورد: “اشتدّ غضب الله لمن آذاني في عترتي” . وورد أيضاً: “من أحب أن ينسأ له في أجله وأن يمتع بما خوّله الله تعالى فليخلفني في أهلي خلافة حسنة، فمن لم يخلفني فيهم بتر عمره وورد عليَّ يوم القيامة مسودّاً وجهه” ، فعلم أن إنفاق المال على العاملين لهذه المخازي شديد التحريم وأخذه من أكل أموال الناس بالباطل.
“(Masalah, as-Sayyid Abdullah bin Umar bin Abi Bakar bin Yahya). Tradisi ritual Ya Husain di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari Asyura, atau sebelumnya, atau sesudahnya, adalah bid’ah tercela yang sangat diharamkan. Pelakunya adalah orang-orang fasiq, sesat dan menyerupai kaum Syiah Rofidhoh dan Nashibi. Karena orang yang melakukan hal tersebut ada dua kelompok.
Pertama) mereka yang meratapi dan menampakkan kesusahan dan kesedihan dengan merubah pakaian atau meninggalkan pakaian yang menjadi kebiasaan. Mereka adalah orang-orang yang melakukan kemaksiatan dengan hal tersebut, karena keharaman hal-hal tersebut, dan bahkan sebagian termasuk dosa besar. Pelakunya adalah seorang yang fasiq. Dan telah datang suatu hadits, “Sesungguhnya mayit akan disiksa oleh Allah sebab tangisan keluarganya, dan ia merasa tersiksa dengannya.” Lihatlah orang-orang bodoh dan dungu tersebut, bermaksud mengagungkan Husain, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan cara menyakiti beliau dan beliau akan menjadi musuh mereka di sisi Allah ta’ala. Justru sesuatu yang dianjurkan bagi orang yang mengingat musibah Husain radhiyallahu ‘anhu pada hari tersebut, adalah menyibukkan diri dengan istirja’ (mengucapkan inna lillaahi wainna ilaihi roji’un), karena melaksanakan perintah Allah dan mencari pahala. Apa yang menimpa cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari Asyura adalah kesyahidan yang menunjukkan atas peningkatan kedudukannya dan ketinggian derajatnya di sisi Tuhannya.
Kedua) mereka yang bermain-main dan bersuka cita serta menjadikan hari tersebut sebagai hari raya. Tujuan mereka adalah menampakkan kesenangan dan kebahagiaan dengan terbunuhnya Husain. Dengan hal tersebut, mereka lebih berbuat kemaksiatan dan dosa, bahkan perbuatan mereka termasuk dosa terbesar setelah kesyirikan. Karena membunuh jiwa adalah dosa terbesar setelah kesyirikan. Bagaimana dengan terbunuhnya penghulu kaum beriman dan keharuman penghulu dua alam shallallahu ‘alaihi wasallam. Gembira dengan musibah tersebut dan mengeksperesikan suka cita dengannya sangat diharamkan. Derajatnya sama dengan maksiat dalam hal dosanya. Bahkan telah datang dari Imam Ahmad bahwa dia telah kafir. Ahlussunnah telah bersepakat bahwa membenci Husain dan merasa senang dengan musibahnya adalah dosa besar, yang dikhawatirkan mengakibatkan su’ul khotimah. Dan karena bersuka cita dengan hal itu menyakiti kakeknya shallallahu ‘alaihi wasallam, Ali, Hasan, Husain dan az-Zahra’ radhiyallahu ‘anhum. Dan Allah SWT telah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah telah mengutuk mereka.” Dan telah datang hadits, “Allah sangat murka kepada orang yang menyakitiku melalui keluargaku.” Telah datang pula, “Barangsiapa yang senang ditunda ajalnya dan diberi kesenangan dengan kenikmatan Allah, maka berlakulah kepada keluargaku sesudahku dengan perlakuan yang baik. Barangsiapa yang berlaku tidak baik kepada mereka, maka umurnya akan dipotong dan datang kepadaku pada hari kiamat dengan wajah hitam muram.”
Maka dapat disimpulkan, bahwa membelanjakan harta pada orang-orang yang melakukan kehinaan ini, sangat diharamkan dan mengambil harta tersebut, termasuk makan harta manusia dengan cara yang batil.” (As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin Umar al-Masyhur Ba-‘Alwi, mufti negeri Hadhramaut, Bughyatul Mustarsyidin, hal. 298).
Wallahu a’lam