Kisah Nabi Luth (1)
Allah SWT berfirman: وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ * أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّج...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/07/kisah-nabi-luth-1.html
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ * أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ النِّسَاء بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (سورة النمل:54-55)
“dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya: Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)? Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)”. (An-Naml: 54-55)
Luth adalah nabi dan rasul. Allah menyebutnya dalam al-Quran sebanyak 10 kali, yaitu dalam surat Al-A’raf, Al-Hijr, As-Syu’ara’, An-Naml dan lain-lain.
Nasab beliau adakah Luth bin Harun bin Tarih (Azar ayah Nabi Ibrahim). Dia diutus Allah semasa dengan Nabi Ibrahim. Luth adalah putra Nabi Harun, saudara Nabi Ibrahim alayhimussalam.
Nama Luth adalah bahasa ‘ajami, bukan bahasa Arab dan bukan diambil (musytaq) dari lafaz “liwath”. Lafaz liwath adalah lafaz ‘Arabiyah yang berarti sodomi. Nama seperti ini tidak laik bai para nabi, karena maknanya yang jelek.
Nabi Luth telah membenarkan dakwah pamanya yakni Nabi Ibrahim. Allah berfirman:
فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ وَقَالَ إِنِّي مُهَاجِرٌ إِلَى رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (العنكبوت: 26)
“Maka Luth membenarkan (kenabian) Ibrahim. dan berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-‘Ankabut: 26)
Nabi Luth bersama Nabi Ibrahim melakukan hijrah dai Iraq, dan selalu mengikuti Nabi Ibrahim ke manapun pergi, hingga beliau diangkat menjadi Rasul untuk penduduk Sodom, Yordania dekat laut Mati
Penduduk Sodom alalah manusia paling kafir, paling jahat, paling jelek hatinya dan paling buruk perilakunya. Mereka tidak malu berbuat munkar dan tidak mau menahan diri untuk berbuat maksiat. Mereka sering membegal para musafir dan berbuat jahat kepada mereka. Mereka mempunyai kebiasan buruk dan perbuatan dosa yang tercela, hingga mereka terkenal dengan perbuatan itu, dimana sebelum mereka, tidak pernah ada orang yang berbuat semacam itu. Perbuatan itu adalah liwath atau sodomi. Tentang perbuatan mereka Allah SWT berfirman:
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ * وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُم بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ (الشعراء: 165-166).
“mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”. (QS. As-Syu’aro: 165-166)
Kaum nabi Luth adalah kaum yang hatinya membatu. Mereka berbuat itu secara terang-terangan dan tidak malu. Ketika Allah mengutus kepada mereka Nabi Luth untuk mengajak mereka menyembah Allah satu-satunya dan melarang dan mendorong mereka untuk meninggalkan perbuatan tersebut, mereka tidak bergeming atas kekufuran dan kemusyrikan mereka, dan mereka tetap memilih kesesatan dan kejahatan mereka secara terang-terangan.
Ada sebuah pendapat, yang mendorong mereka untuk melakukan liwath ialah bahwa konon mereka mempunyai kebun di rumah-rumah mereka, berbuah lebat, sampai-sampai buah itu menjuntai ke jalan raya. Hingga pada suatu ketika mereka terimpa musim kemarau panjang dan kelaparan. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: “Jika kaliau tidak mau memberikan buah yang terlihat dijalan untuk para musafir, tentu kalian akan mampu bertahan hidup”.
Mereka berkata: “Bagaimana caranya?”.
“Budayakanlah pekerjaan memenjarakan orang yang tersesat lalu kawinilah, maka manusia tidak akan menginjak tanah kalian”.
Syetan memoles perbuatan jelek mereka, hingga Allah mengutus Nabi Luth untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah dan meninggalkan kebiasan buruk yang diharamkan tersebut.
Tetapi mereka tetap memilih jalan mereka. Ajakan nabi Luth untuk berbuat baik dan larangannya berbuat munkar, tidak menambah baik kelakuan mereka, tetapi kejahatan mereka semakin bertambah dan semakin mendekatkan mereka kepada azab Allah karena mereka mendustai ancaman Allah dan mendustai NabiNya. Mereka berkata: “Mana azab Allah itu, kalau engkau berkata benar?”.
Tidak cukup sebatas mendustai saja, tanggapan mereka atas nabi Luth. Tetapi mereka mengancam Nabi Luth dengan mengusirnya dari desa mereka. Inilah sebuah kebodohan, kekufuran dan kesombongan yang sangat. Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلاَّ أَن قَالُواْ أَخْرِجُوهُم مِّن قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ (الأعراف: 82)
“jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.”. (QS. Al-A’raf: 82)
Saat mereka terus dalam kekufuran, kejahatan, dan tenggelam dalam kemunkaran dan dan perbuatan keji, Nabi Luth memohon pertolongan kepada Allah. Allah berfirman:
رَبِّ نَجِّنِي وَأَهْلِي مِمَّا يَعْمَلُونَ (الشعراء: 169)
“Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan”. (QS. As-Syu’aro’: 169)
Allah pun berkehendak untuk menolongnya; menghancurkan kaum kafir dan jahat itu. Allah mengutus malaikat Jibril, Mikail dan Israfil untuk meratakan desa mereka dengan tanah, membalik desa mereka dan menurunkan azab untuk penduduk desa itu yang berjumlah lebih dari 400.000 orang.
Para malaikat itu merubah bentuk menjadi laki-laki yang tampan wajahnya. Sebelum mereka bergerak ke desa kaum nabi Luth, mereka singgah ke kediaman Nabi Ibrahim berdasarkan perintah Allah, mengabarkan beliau tentang akan dilahirkannya Nabi Ishaq. Mereka juga memberitahu nabi Ibrahim, bahwa mereka akan pergi ke kaum Luth untuk menghancurkan mereka berikut pengikut-pengikut mereka. (Bersambung)