Tidak Boleh Pakai Sarung Saat Jumatan
Suatu hari, H As’ad Said Ali sembahyang Jumat di Damaskus, Syiria. Pada kesempatan itu, dia mengenakan sarung. Apa tujuannya? Ingin...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/07/tidak-boleh-pakai-sarung-saat-jumatan.html
Suatu hari, H As’ad Said Ali sembahyang Jumat di Damaskus, Syiria. Pada
kesempatan itu, dia mengenakan sarung. Apa tujuannya?
Inginnya sih menunjukkan bahwa dia, orang Islam Indonesia, punya
tradisi berpakaian yang berbeda dengan Timur Tengah atau Muslim dari
Afrika.
Tapi, selepas Jumatan, Pak Asad, begitu dia biasa dipanggil, malah ditangkap
dan ditanyai oleh pengurus masjid.
“Maaf Pak, tolong berhenti,” pinta pengurus masjid.
“Ada apa Pak?” tanya As’ad.
“Anda pakai celana tidak? Pengurus masjid balik tanya.
“Pakai dong, Pak,’ jawab As’ad
“Saya mengerti Muslim Indonesia biasa pakai sarung,” kata pengurus masjid.
“Iya. Lantas kenapa?” As’ad bingung.
“Di sini sarung tidak dipakai untuk sembahyang atau aktivitas di luar rumah. Saya harap Anda mengerti,” pengurus masjid memberi pengertian.
Pak As’ad pergi dengan rasa penasaran, tapi juga memahami. Memang. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.
“Maaf Pak, tolong berhenti,” pinta pengurus masjid.
“Ada apa Pak?” tanya As’ad.
“Anda pakai celana tidak? Pengurus masjid balik tanya.
“Pakai dong, Pak,’ jawab As’ad
“Saya mengerti Muslim Indonesia biasa pakai sarung,” kata pengurus masjid.
“Iya. Lantas kenapa?” As’ad bingung.
“Di sini sarung tidak dipakai untuk sembahyang atau aktivitas di luar rumah. Saya harap Anda mengerti,” pengurus masjid memberi pengertian.
Pak As’ad pergi dengan rasa penasaran, tapi juga memahami. Memang. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.