Mari Berlomba Meraih Dunia!
Allah subhanahu wa ta’ala maha pengasih lagi maha penyayang. Pengasih berarti selalu memberikan nikmat kepada siapa saja sesuai kehe...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/08/mari-berlomba-meraih-dunia.html?m=0
Allah subhanahu wa ta’ala maha pengasih lagi maha penyayang. Pengasih berarti selalu memberikan nikmat kepada siapa saja sesuai kehendakNya, tanpa terkecuali. Semua makhluk diberiNya nikmat tanpa membedakan antara yang hidup maupun yang mati, antara hewan maupun manusia, dan antara yang beriman dan yang kufur. Inilah salah satu dari beberapa pendapat ulama tentang makna dari “ar-rahman”. Penyayang berarti Allah hanya memberikan kenikmatan di akhirat khusus untuk orang-orang yang beriman, berupa kenikmatan di surga. Ini adalah salah satu pendapat ulama tentang makna “ar-rahim”.
Dalam surat Al-Isra’ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا ، وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا ، كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا (الإسراء: 18-20)
Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir. Dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”. (QS. Al-Isra’: 18-20)
Inilah bentuk keagungan Allah subhanahu wa ta’ala. Di dunia manusia dipersilahkan oleh Allah untuk berkeinginan apa saja dan melakukan apa saja. Setiap keinginan dan usaha yang dilakukan akan diberi oleh Allah sesuai kadar usahanya, tidak dibedakan apakah keinginan dan usaha tersebut tergolong baik atau tergolong buruk. Allah subhanahu ta’ala maha mengetahui, maha melihat, maha berkuasa untuk memberi apa saja dan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dia pun bersih dan tidak pantas disebut sebagai dzat yang zalim, tidak professional, tidak proporsional atau ungkapan-ungkapan lain yang menyudutkan. Hal ini disebabkan karena semua makhluk yang ada di semua alam, baik atau buruk, dan beriman atau kafir adalah ciptaanNya dan menjadi milikNya, dimana Dia bebas berbuat apa saja terhadap semuanya.
Ayat tersebut di atas selain mengungkapkan tentang kehendak dan kekuasaan Allah yang tak terbatas, juga memberikan motifasi kepada orang-orang yang beriman untuk selalu berdiri di jalan kebenaran dengan kebahagiaan akhirat yang tidak akan pernah berakhir. Ayat ini juga memberikan peringatan kepada mereka yang kafir dan suka berbuat keburukan tentang azab akhirat yang tiada tara, meskipun mereka mendapatkan kemewahan dan kesenangan dunia yang berlimpah. Ibarat ikan, kemewahan dan kesenangan dunia yang berlimpah itu adalah umpan yang sengaja diberikan dan mengantarkan mereka ke arah kesengsaraan.
Akan tetapi, iming-iming Allah berupa pahala di akhirat itu membuat kita terlena, hingga tanpa disadari potensi duniawi lepas dari kendali, dan dikuasai oleh orang-orang yang kafir dan orang yang suka berbuat keburukan. Ayat tersebut juga berusaha memacu semangat kita untuk berkompetisi dalam kebaikan, walaupun kebaikan tersebut tampak sebagai usaha duniawi yang seakan-akan tidak memberikan nilai tambah bagi tabungan pahala di akhirat. Ketahuilah bahwa usaha duniawi yang dilakukan jika diniati untuk akhirat, Allah akan memberinya; Dia akan memberikan hasil usaha dunia yang dilakukan dan memberikan pahala atas niat akhirat.
Dalam kebaikan dan keburukan ada potensi ekonomi yang menjanjikan. Sebuah komplek prostitusi menjanjikan penghasilan melimpah, baik bagi orang-orang yang berperan di dalamnya atau bagi orang-orang disekitarnya. Begitu pula, sebuah tempat ziarah, semisal makam Sunan Ampel, memberikan potensi ekonomi yang menggiurkan bagi orang-orang yang berperan di dalamnya atau orang-orang disekitarnya. Renungkanlah kembali firman Allah:
كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا (الإسراء: 20)
Artinya: “Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi”. (QS. Al-Isra’: 18-20)
Namun patut disayangkan, ketika dari sektor keburukan dan kejahatan yang berjalan cepat dan tidak pernah berhenti memberikan raihan penghasilan yang berlimpah dan memberikan energy besar untuk terus berkembang, justru sektor kebaikan dan keshalehan berjalan di tempat, bahkan berjalan mundur. Ketika keburukan dan kejahatan di-manage secara professional, justru kebaikan dan keshalehan diatur secara acak-acakan dan dengan sistim yang amburadul. Kebaikan dan kesalehan pun terlindas roda-roda keburukan dan kejahatan yang semakin kuat. Inilah kekalahan telak yang tidak pernah kita perhatikan.
Oleh sebab itu Allah subhanahu wa ta’ala ketika menjelaskan tentang kebaikan, Dia berfirman semisal dengan shighat fastabiqu, fafirru, fabadiru dan lain-lain yang pada intinya mencambuk diri kita sebagai orang yang beriman untuk mengambil langkah cepat, terarah, dan segera mengantisipasi dikuasainya sektor duniawi oleh keburukan dan kejahatan.
Usaha kita dalam bidang dunia bukan berarti kita bersikap kapitalis atau materialistis. Paling tidak ketika usaha duniawi dipegang oleh orang-orang yang beriman, akan memberikan suasana kebaikan yang pada akhirnya menggeser dominasi keburukan. Kita ambil contoh makam sunan Ampel sekali lagi atau masjid Akbar Surabaya. Lihatlah apa yang terjadi disekitarnya! Suasana islami sangat terasa. Lalu lalang warga yang berbusana muslim mudah kita lihat dalam setiap kedipan mata, menurunkan populasi keburukan walaupun tidak sampai habis. Sebaliknya, ketika kita melihat Gang Dolli sebagai komplek prostitusi, suasana yang berbeda 180 derajat. Di sana berbusana muslim malah menjadi bahan tertawaan.
Wallahu A’lam bis Shawab