Uwais Al-Qarni; Tak Terkenal di Bumi, Terkenal di Langit
Ada seorang umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bernama Uwais Al-Qarni. Di hari kiamat nanti, ketika semua umat beliau diseru...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2013/04/uwais-al-qarni-tak-terkenal-di-bumi.html?m=0
Ada seorang umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bernama Uwais Al-Qarni. Di hari kiamat nanti, ketika semua umat beliau diseru untuk masuk surga, Uwais al-Qarni disuruh berhenti dan diperintah untuk memberikan syafaat kepada sekelompok orang yang berjumlah sama seperti jumlah qabilah Bani Rabi’ah dan Mudhor, hingga mereka dapat masuk surge karena syafaatnya.
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda kepada Umar dan Ali radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Ali dan Umar!, Jika kalian bertemu dengannya, mintailah ia untuk memohonkan ampunan kepada Allah, niscaya Allah akan mengampuni kalian!”.
Rasulullah bersabda: “Barang siappa bertemu dengannya setelah aku mati, maka ucapkanlah salamku kepadanya”.
Menurut Beliau, diantara ciri-ciri orang ini adalah, ia bermata biru, hanya mempunyai dua baju yang sudah lusuh, tidak mempunyai harta kecuali satu dirham dan ia tidak terkenal di bumi tetapi terkenal di langit. Manusia selalu mengejeknya, mengumpatnya, menyakitinya dan menganggapnya sebagai penipu, dan pencuri.
Suatu ketika seorang fuqaha Kufah memberi Uwais dua buah baju, saat ia menghadiri majlisnya. Uwais mengembalikan kedua baju itu dan berkata: “Orang-orang berkata tentangku: ‘Dari mana ia mendapatkan kedua baju itu? Pasti dari hasil menipu!”.
Saat Sayyidina Umar menjadi khalifah, saat khutbah beliau menginformasikan keberadaan Uwais. Setelah banyak orang tahu tentang dirinya, ia segera menyembunyikan diri dan menyamar sebagai pengembala unta,
Suatu saat Sayyidina Ali dan Umar berhasil menemukan Uwais dan bertanya tentang siapa dirinya, ia menjawab bahwa dirinya hanya seorang pengembala kambing dan seorang buruh. Sayyidina Ali menanyakan namanya dan ia menjawab bahwa ia adalah Abdullah (hamba Allah). Meski didesak, ia tetap tidak mau memberitahukan identitasnya aslinya. Ketika Sayyidina Umar dan Ali menyebutkan hadits Rasulullah tentang dirinya, ia berkata bahwa orang yang disebut Rasulullah bukanlah dirinya.
Hal serupa juga dilakukan Uwais ketik bertemu Harm bin Hayyan di tepi sungai Eufrat yang memintanya meriwayatkan hadits Rasulullah yang ia hafal dan mengajaknya untuk terus berteman . Ia berkata: “Saya tidak senang membuka masalah ini. Saya bukan ahli hadits, buka pula seoranf mufti. Engkau tidak akan menemukanku lagi!”.
Setelah berpisah, Harm bin Hayyan berusaha mencarinya, tetapi kabar Uwais tidak pernah ia dapatkan.
Diantara kehendak Allah memberikan keajaiban kepada Uwais, bahwa Allah memberikan kenyataan yang sebenarnya akan ketersembunyian Uwais, dan menyempurnakan hal itu setelah Uwais meninggal.
Abdullah bin Salamah berkata bahwa ia melakukan peperangan bersama Uwais Al-Qarni di Azerbaijan pada zaman Umar bin Khathab. Saat kembali Uwais jatuh sakit lalu meninggal. Tanah terbelah dan air tertumpahkan.Abdullah bin Salamah dan rombongannya segera memandikan, mengkafani, menshalati dan menguburkannya.
Setelah beberapa waktu, Abdullah bin Salamah kembali untuk menziarahi makam Uwais. Ternyata tidak ada bekas kuburan sama sekali di tanah tempai Uwais dikuburkan.
Uwais! Dialah diantara raja-raja Surga. Allah mencintai orang-orang sepertinya, orang yang tidak terkenal, wajahnya lusuh dan perutnya kelaparan karena mencari harta yang halal. Orang yang tidak pernah diundang penguasa, ditolak wanita-wanita, kepergiannya tidak pernah dihiraukan, kehadirannya tidak pernah jadi perhatian, sakitnya tidak menjadi kegelisahan, dan kematiannya tidak dihadiri orang lain. Ia ada, tetapi seolah tidak pernah ada.
Sumber: Syarah Al-Hikam Al-Atha’iyah karya Ibnu ‘Ibad An-Nafzi Ar-Rindi