Misi Pendangkalan Aqidah Di Balik Bantuan Sosial
Banyaknya bantuan dari pihak asing yang mengalir ke Aceh pasca gempa dan tsunamai menambah daftar masalah yang terus berlanjut sampai har...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/11/misi-pendangkalan-aqidah-di-balik.html?m=0
Banyaknya bantuan dari pihak asing yang mengalir ke Aceh pasca gempa dan tsunamai menambah daftar masalah yang terus berlanjut sampai hari ini. Kesenangan sementara yang coba disuguhkan oleh pihak asing kepada orang Aceh karena kehilangan segalanya tanpa terkecuali goncangan jiwa ketika mengingat kejadian maha dahsyat itu menjadi momentum tersendiri bagi pihak asing dalam membungkus bantuan kemanusian dengan pendangkalan aqidah sebagi misi utama yang mesti diwujudkan.
Ini bukan tanpa alasan, suatu perintah yang jelas dan terang benerang dalam kitab Markus 16:15-16, yang berbunyi, pergila kamu kepada semua bangsa sampaikanlah dan beritakanlah injil kepada mereka. sebagai fondasi dalam mensyiarkan visi kristen dan diimplementasikan dalam misi pendangkalan aqidah dengan berbagai macam cara.
Momentum yang cukup terbuka lebar masuknya orang asing ke Aceh dengan bantuan yang segudang tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan misi pendangkalan aqidah yang terselubung. Kasus yang terjadi di Aceh Barat bukanlah yang pertama kita dengar dan saksikan bersama.
Sederet kasus lain yang telah terjadi mulai dari aliran millata abraham, laduni, anak punk dan sistem pendangkalan aqidah lainnya sampai pada dunia pendidikan kita yang baru –baru ini terjadi di Aceh barat menjadi korban kesekian kalinya dalam pertarungan ideologi.
Pola yang berbeda dengan tujuan yang sama terus saja terjadi dalam suasana hiruk pikuk dan hingar-bingar semangat syariat yang terus kita dorong agar sampai pada satu tahap yang kita cita-citakan.
Banyaknya bantuan yang masuk ke Aceh seharusnya bisa menjadi setitik harapan baru untuk Aceh yang lebih baik namun nyatanya menambah daftar persoalan yang lebih serius dan berbahaya. Mengapa demikian?
Karena bantuan tersebut ternyata secara tidak langsung meracuni (pendangkalan aqidah) masyarakat Aceh yang kalau persoalan ini terus terjadi kiblat syariat sedikit demi sedikit bergeser pada pusaran yang tidak kita inginkan, dan ini akan terus menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Aceh sebagai tempat pertama masuknya islam di indonesia.
Lihat saja apa yang diungkapkan oleh seorang tokoh Protestan dari negeri Belanda Dr. H. Berkhof dalam bukunya : "Sejarah Gereja", cetakan ke 8 hal 321 memandang Indonesia sebagai medan kegiatan Misionaris (Kristenisasi). "Boleh kita simpulkan bahwa Indonesia adalah suatu daerah penyebaran Injil yang diberkati Tuhan dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan bibit Firman Tuhan. Jumlah orang Kristen Protestan sudah 13 Juta lebih, akan tetapi jangan kita lupa.... ditengah-tengah 150 juta penduduk !. Jadi tugas Zending gereja-gereja muda di benua ini masih luas dan berat. Bukan saja sisa kaum kafir yang tidak seberapa banyak itu, yang perlu mendengar kabar kesukaan, tetapi juga kaum Muslimin yang besar, yang merupakan benteng agama yang sukar sekali dikalahkan oleh pahlawan-pahlawan Injil. Apalagi bukan saja rakyat jelata, lapisan bawah, yang harus ditaklukkan untuk Kristus, tetapi juga dan terutama para Pemimpin masyarakat, kaum cendekiawan, golongan atas dan tengah. (Dikutip dari Sambutan Husain Umar dalam buku Hj. Irena Handono yang berjudul Islam Dihujat).
Ungkapan yang sangat jelas sekali, sebagai ladang yang subur bisanya mereka ingin berlama-lama untuk menanam bibit-bibit baru yang militan. Dalam mempertahankan ini semua tentunya bantuan berkedok keikhlasan untuk tidak dibayar, sembako geratis dan lain semacamnya menjadi “pupuk” mujarab agar tanaman itu tumbuh subur, berkembang dan membesar.
Fakta ini mejadi tantangan tersendiri bagi ummat islam di Aceh ditengah krisis keikhlasan karena pengaruh globalisasi dan materialisme yang makin mendarah daging.
Mengakhiri tulisan ini ada baiknya kita jawab secara bersama-sama pertanyaan sederhana ini, pertama, bantuan sudah sangat banya mereka berikan, apakah tidak ada imbalan atas bantuan itu? Apakah mereka ikhlas?
Kedua, apakah dengan persoalan ini semua, kita masih mengatakan itu tergantung niat? Itu tergantung peribadi seseorang? Kita tidak boleh cepat menuduh? Dan alasan lain yang membuat mereka (misionaris) itu terus berlama-lama di Aceh? Wallahu`allam.
Ditulis Oleh: Nirwanudin Sekretaris Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (BADKO HMI) Aceh Periode 2010-2012
Sumber: http://theglobejournal.com