Dari Mana Dana Gerakan Salafi?
Sejak pergolakan revolusi Arab menyeruak, jaringan bawah tanah Salafi yang sangat fanatik telah berkembang menjadi kekuatan besar dan san...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/11/dari-mana-dana-gerakan-salafi.html?m=0
Sejak pergolakan revolusi Arab menyeruak, jaringan bawah tanah Salafi yang sangat fanatik telah berkembang menjadi kekuatan besar dan sangat vocal. Yang berada di belakang peninggkatan yang luar bisa dari kelompok ini adalah produsen minyak dunia terkemuka, pencetak para ekstrimis islam, Saudi Arabia.
Ketika para demonstran marah oleh sebuah video anti Muslim dan berhasil memanjat dinding kedutaan AS di Kairo pada tanggal 11 September menurunkan bendera Stars and Stripes, Bendera Hitam terlihat berkibar diatas kompleks yang telah runtuh. Di Sanaa Yaman dan Bengazi Libya, bendera hitam yang sama yang menjadi simbol Salafi menjadi pemandangan dimana-mana sebagai gerakan anti AS, menyebar bak api di seluruh dunia Arab. Pergolakan Arab 2011 menguntungkan kelompok ini. Dengan dalil menurunkan seorang diktator, memunculkan jaringan bawah tanah yang sangat keras, didanai penguasa Teluk, mengunci segala bentuk persaingan kekuasaan di Wilayah itu.
Di Libya dan Mali, ektrimis Salafi sibuk menghancurkan situs-situs kuno yang dibangun oleh kelompok yang lebih moderat seperti kaum Sufi. Ekstrimis yang sama di Tunisia telah mencoba membungkam media sekuler dan menyerang karya-karya yang mereka anggap bid’ah. Unit tempur kalangan Salafi di Suriah adalah sebagian besar kelompok pemberontak terhadap rezim Basyar al-Asad. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah siapa yang membayar mereka dan mengapa melakukan hal ini?
Bagi pakar lokal, diplomat dan intelejen, jawaban untuk perntanyaan pertama terletak pada tampaknya aliran dana yang berujung pada Negara petrodollar, Negara kaya minyak Saudi Arabia. “Ada banyak bukti yang menunjuk pada fakta bahwa Saudi Arabia telah mendanai berbagai gerakan kelompok Salafi”. Kata Samir Amghar, penulis buku “Le Salafisme d’aujourd’hui. Mouverment sectaires en Occident” (Salafisme Kontemporer: Gerakan Sektarian di Barat)
Menurut Antoine Basbous, kepala the Paris-based Observatory of Arab Countries: “Salafisme yang kita dengar di Mali dan Afrika Utara pada kenyataannya adalah versi ekspor Wahabisme”. Wahabi madzhab konservatif Islam yang secara Aktif dipromosikan dan dipraktekkan oleh keluarga pemerintan Saudi Arabia. Sejak tahun 1970 krisis minyak dientaskan oleh Keluarga Saud yang berkuasa dengan pasokan yang tampaknya tidak berujung hanya pada uang tunai. “Saudi telah membiayai gerakan Wahabisme di seluruh dunia”. Lanjut Basbous.
Tidak semua dana berasal dari kas Negara. “Secara tradisonal, uang diserahkan oleh keluarga kerajaan, penguasa atau tokoh agama, dan disalurkan melalui badan amal muslim dan organisari kemanusiaa”. Kata Karim Sader, seorang analis politik yang mengkhususkan diri di Negara-negara teluk.
Sampai pada terjadinya pergolakan Arab yang merusak tatanan politik di kawasan itu, saluran tersembunyi ini telah memungkinkan pengikut Salafi untuk mendongkel rezim otoriter dan bertekad menghancurkan kelompok Islam. Saluran buram yang sama diduga memberikan pasokan senjata kepada kelompok-kelompok ekstrimis khususnya di Pakistan dan Afganistan.
Dengan pecahnya Revolusi Arab, kelompok Salafi mendapatkan keuntungan langsung dari pendanaan yang bermotif politik itu. “Ketika seorang diktator keluar rel yang ditentukan, kelompok Salafi segera berevolusi menjadi partai kuat sebagai keuntungan dari bantaun Saudi Arabia”. Kata Sader, menunjuk kepada kenaikan suara spektakuler Partai An-Nour Mesir yang mendapatkan 24% suara pda pemilihan anggota parlemen bulan januari lalu.
Respon Riyadl adalah mendukung kelompok-kelompok salafi, sehingga dapat memperoleh pengaruh lebih lanjut di Negara masing-masing. (*)
Wallahu A’lam