Tanamkan Kepada Anak Cinta Allah dan RasulNya
Keimanan tidak akan menjadi kuat tanpa adanya rasa cinta ( mahabbah) . Rasa cinta itu dapat ditimbulkan dengan suatu pembiasaan yaitu den...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2011/03/tanamkan-kepada-anak-cinta-allah-dan.html?m=0
Keimanan tidak akan menjadi kuat tanpa adanya rasa cinta (mahabbah). Rasa cinta itu dapat ditimbulkan dengan suatu pembiasaan yaitu dengan mengubah lingkungan sekitar, sehingga senantiasa mengingatkan kita kepada orang yang kita cintai. Tanpa sadar seluruh diri kita akan terbiasa dekat dengan lingkungan yang senantiasa berada di sekitar kita dan timbul rasa cinta yang begitu kuat tertanam sangat dalam.
Berikut adalah langkah untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Allah dan Rasulullah SAW. pada diri Anak:
1. Rasa Cinta Kepada Allah
"Katakanlah, jika engkau (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lahi Maha Penyayang". (QS. Ali Imran: 31)
Ibnu Taimiyah berkata: "Sungguh kasihan para penduduk dunia, keluar dari dunia dan belum merasakan sesuatu yang paling nikmat dariNya". Ada yang bertanya, "Apa yang paling nikmat dariNya?". Dia menjawab: "Cinta Allah SWT".
Rasa cinta kepada Allah (mahabbatullah) adalah rasa cinta paling tinggi yang dapat diwujudkan seorang hamba kepada Tuhannya. Mencintai Allah menjadi bentuk syukur yang paling indah dari seorang makhluk kepada penciptanya. Anak-anak pun sedari dini dapat diajarkan untuk mengenal Allah SWT. Setelah mengenal dirinya dan mengenal Allah SWT dengan baik serta terbiasa beribadah semata karena Allah SWT, anak dapat dilanjutkan kepada tahap berikutnya. Yakni tahapan untuk belajar mencintai Allah SWT. Berikut beberapa langkah efektif untuk mengajak anak mencintai Allah SWT:
a. Seringlah menyebut asmaNya.
Kita terbiasa untuk mengucapkan kalimah thayyibah atau kata-kata yang baik dan mengingatkan kepada Allah SWT, akan mudah untuk mengajak anak berbicara baik sekaligus ingat kepada Allah. Hal ini memang tidaklah mudah dilakukan karena pengaruh eksternal yang luar biasa besar. Tapi, kita bisa mengupayakan untuk meminimalisir pengaruh luar dengan banyak memberikan input positif untuk otak anak-anak kita.
b. Ajari Untuk memahami sifat-sifat Allah
Sifat-sifat Allah yang tersurat dalam Asmaul Husna layaknya senantiasa kita ajarkan kepada anak. Baik dalam situasi belajar maupun bermain. Asmaul Husna pun bisa kita selipkan dalam doa sehari-hari dan dilakukan secara bergantian dari 99 sifat yanga ada. Insya Allah, sifat-sifat Allah SWT akan tertanam kokoh dalam jiwa anak.
c. Ajari Bersyukur.
Sewaktu dalam kondisi gembira (otak dalam keadaan alpha) sebutlah bahwa nikmat dan rasa gembira ini datang dari Allah SWT. Anak-anak yang kondisi otaknya dominan dalam keadaan alpha adalah saat terbaik untuk mengajari bersyukur kepada Allah SWT. Jelilah melihat peristiwa yang bisa kita jadikan momen untuk mengajari anak bersyukur. Walaupun peristiwa tersebut kecil namun jika membekas dalam hati anak, pasti anak akan paham bahwa kita harus bersyukur kepada Allah SWT.
d. Kaitkan semua kebaikan dengan Allah SWT.
Semua kebaikan yang kita terima pada hakikatnya adalah karena Allah SWT. Bagaimana cara menyampaikan hal itu kepada anak-anak kita?. Allah harus senantiasa berada di lisan dan hati seorang ibu. Seorang ibu yang di hatinya selalu mengingat Allah, dengan tulus merupakan tenaga yang amat kuat untuk menularkannya kepada anak. Anak yang sudah tertulari hal positif dari ibunya akan mudah mengaitkan segala apapun kepada Allah SWT.
e. Lakukan dengan dialogis.
Jangan dikira anak-anak kita tidak bisa diajak berdialog. Semua anak bisa kita ajak diskusi dengan cara yang sesuai dengan usia mereka. Semakin anak diajak diskusi, akan lebih mudah menerapkan sesuatu yang disepakati bersama. Mengajak anak untuk memulai segala sesuatu dengan basmalah misalnya, akan lebih berarti jika mereka sudah memahami dengan benar mengapa mereka harus melakukan seperti itu.
2. Rasa Cinta Kepada Rasulullah
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik baik orang yang menghendaki Allah dan hari akhir". (QS. Al Ahzab: 2)
Inti dari rasa cinta kepada Rasulullah SAW adalah menjadikannya lebih kita cintai dari pada diri, harta dan anak-anak kita sendiri. Mencintai Rasulullah SAW merupakan salah satu pondasi keislaman kita. Bahkan keimanan kepada Allah SWT, tidak akan sempurna kecuali dengan mencintainya.
Cinta Rasulullah SAW sebaiknya juga kita ajari kepada anak sedini mungkin. Semakin dini akan semakin tertanam dalam diri anak. Banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mengajari anak untuk mencintai Rasulullah SAW. berikut diantaranya:
a. Sering bershalawat Kepadanya.
Sebelum berdosa lantunkan shalawat dengan keras sehingga anak bisa mendengar dan mengikutinya. Pada berbagai acara yang mengumandangkan shalawat, anak bisa kita ajak untuk ikut serta. Di rumah pun sering-seringlah bershalawat, misal saat menidurkan si kecil.
b. Ceritakan Kisah-kisahnya.
Kisa nabi dan rasul kini bisa kita dapatkan dalam berbagai media, baik itu buku, CD, VCD, atau DVD. Semua kita bisa manfaatkan agar anak bisa lebih mudah memahami kisah-kisah Rasulullah SAW. Selain itu kita juga menggunakan sarana-sarana yang lain seperti puzzle, permainan anak tangga anak shaleh, atau permainan kartu yang berhubungan dengan kisah nabi. Permainan seperti ini selain menarik juga menjadi alat untuk bermain sambil belajar.
c. Ceritakan betapa mulia dirinya
Jangan bosan untuk menceritakan betapa mulianya beliau. Imbangi dengan darana yang memadai. Kalau cerita-cerita yang sedang populer sekarang dijadikan bandingan, mengapa tidak? Misalnya saja sambil anak-anak mengagumi kehebatan Naruto, kita juga gambarkan betapa para nabi juga mempunyai kisah yang luar biasa.
d. Jalankan sunnahnya
Rasulullah SAW sebagai pribadi yang mulia dan diakui sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia sepatutnya menjadi panutan keluarga. Ayah hendaknya meniru perilaku dan menjalankan sunnahnya. Ibu juga demikian adanya, sehingga anak tinggal meniru perilaku mulia kedua orang tuanya bukan?
e. Lakukan secara dialogis
Sekali lagi, pelaksanaan sesuatu akan lebih mantap setalah anak menyepakati dan memahaminya. Tidak ada cara yang lebih baik ketimbang dialog. Jadikan dialog sbagai metode yang paling diperhitungkan.
Sumber: Rahasia Membentuk Anak Shaleh, Pintar & Kaya, Karya: Novian Triwida Jaya. www.dy-brain.com