Jalan Menuju Ma'rifah
Kunci ma'rifatullah adalah mengenal diri sendiri, sebagaimana firman Allah: سَنُريهِم آياتِنا في الآفاقِ وَفي أَنفُسِهِم حَتّى يَتَبَيّ...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2011/03/jalan-menuju-marifah.html?m=0
Kunci ma'rifatullah adalah mengenal diri sendiri, sebagaimana firman Allah:
سَنُريهِم آياتِنا في الآفاقِ وَفي أَنفُسِهِم حَتّى يَتَبَيَّنَ لَهُم أَنَّهُ الحَقُّ
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar". (QS. Fushshilat: 53)
Rasulullah SAW bersabda:
من عرف نفسه فقد عرف ربه
"Barang siapa mengenal dirinya, maka ia benar-benar mengetahui Tuhannya"
Tidak sesuatu yang lebih dekat dari manusia kecuali dirinya sendiri. Jika kita tidak mengenal diri kita, maka bagaimana kita akan mengenal Tuhan?.
Jika kita katakan: "Aku kenal diriku!". Maka hal itu hanya sebatas pengetahuan pada bagian lahir, berupa tangan, kaki, kepala dan badan, tidak tahu dan tidak mengenal apa yang ada dalam bagian dalam badan (hati). Ketika marah, kita akan mencari lawan. Jika mencintai seseorang, kita akan berusaha menikahinya. Ketika lapar dan haus, maka makanan dan minuman yang akan kita cari. Kelakuan seperti ini tak ubahnya seperti kelakuan hewan.
Seharusnya, kita tahu dengan sebenarnya diri kita sendiri, hingga diketahui, siapa kita?, dari mana kita datang?, untuk apa kita diciptakan? Dengan apa kita akan berbahagia? Dan karena apa kita menjadi orang yang celaka?.
Di dalam hati terkumpul banyak sifat; ada sifat-sifat hewan, sifat-sifat hewan buas, sifat-sifat syetan, dan ada pula sifat-sifat malaikat. Pada hakikatnya ruh adakah mutiara kita. Selain itu akan jauh pergi dan hilang dari kita.
Kebahagiaan hewan terdapat pada makanan, minuman dan perkawinan. Jika kita seperti itu, maka yang kita lakukan sehari-hari ialah urusan perut dan farji.
Kebahagiaan hewan buas akan terpenuhi, setelah ia menerkam lawannya. Jika kita seperti itu, kita akan merasa terhibur, saat lawan-lawan kita kalah dan terkapar.
Setan merasa bahagia dengan pekerjaan menipu, melakukan keburukan dan memperdaya. Jika kita seperti itu, maka kesibukan kita seperti kesibukan mereka.
Para malaikat merasakan kebahagiaan saat menyaksikan keindahan hadrah Tuhan, dan tidak ada jalan bagi sifat marah dan keinginan (syahwat) menuju mereka. Jika kita merupakan salah satu dari mutiara-mutiara malaikat itu, maka kita akan berusaha mengetahui asal muasal kita, hingga mampu mengetahui jalan menuju hadlrah ilahiyah, sampai pada musyahadah (menyaksikan) sang maha agung dan maha indah, dan membebaskan nafsu dari ikatan syahwat dan marah.
Syahwat dan nafsu tidak diciptakan Allah untuk memperbudak kita, tetapi keduanya diciptakan agar kita mampu menguasai dan mengendalikannya untuk menempuh perjalanan di depan mata. Keduanya juga diciptakan agar dapat kita jadikan kendaraan dan sebagai senjata ampuh untuk memburu kebahagiaan. Maka sangat perlu kita tahu makna-makna ini, walaupun yang dapat ketahui hanya sebagian kecil diri ini. Ibarat kelapa, jika kita tidak mengetahui makna-makna itu, maka bagian kita hanya berupa kulit kelapa, tak mampu menembus tempurung untuk mendapatkan sari pati kelapa.
Sumber: Kimya' as Sa'adah karya: Al-Imam Al-Ghazali
наркологическая помощь на дому
BalasHapusОнлайн казино LIKE com бесплатно игровые аппараты
BalasHapus