Dimanakah Makam Saiyidina Ali?
Imam Ali adalah anak angkat dan merupakan salah satu menantu Rasulullah saw. Beliau adalah suami Siti Fatimah Az Zahra, ayah dari Al Hasa...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/04/dimanakah-makam-saiyidina-ali.html?m=0
Imam
Ali adalah anak angkat dan merupakan salah satu menantu Rasulullah saw. Beliau
adalah suami Siti Fatimah Az Zahra, ayah dari Al Hasan dan Al Husin Sayyidaa
Syabaab Ahlul Jannah. Ayah beliau adalah Abu Thalib bin Abdul Muttalib, salah
seorang paman Rasulullah saw, yang juga menjadi ayah angkat baginda Rasulullah
saw. Abu Thalib sangat berjasa kepada Rasulullah saw, terutama dalam menghadapi
Kuffar Quraisy.
Sebenarnya
nama Asli Abu Thalib adalah Abdu Manaf. Tapi oleh karena putra sulungnya
bernama Thalib, maka beliau mendapat panggilan Abu Thalib, yang artinya ayahnya
Thalib.
Adapun
ibu Imam Ali kw, adalah Fatimah binti Asad ra. Beliau termasuk orang-orang yang
ikut hijrah ke Madinah. Fatimah binti Asad juga merupakan ibu angkat Rasulullah
saw, sebab sebagaimana kita ketahui, bahwa sejak ibu kandung Rasulullah saw
wafat, dimana saat itu beliau masih berumur enam tahun, maka Fatimah binti
Asadlah yang menjadi pengganti ibunya. Oleh karena itu, Rasulullah saw merasa
sangat sedih pada saat ibu angkatnya itu meninggal.
Pada
waktu pemakamannya, telah terjadi satu peristiwa yang tidak biasa dilakukan
oleh Rasulullah saw. Dimana saat itu Rasulullah saw ikut turun ke dalam kuburnya.
Kemudian beliau merebahkan badannya di sebelah ibu angkatnya, seraya berdo’a
dan dengan penuh harapan agar ibunya itu tidak sampai dihimpit (dijepit) oleh
tanah.
Demikian
Fatimah binti Asad ra, ibu Imam Ali, sampai sekarang makamnya selalu diziarahi
oleh banyak orang di permakaman Baqi di Madinah. Dalam buku-buku sejarah yang
ditulis oleh ulama-ulama Ahlussunnah, Imam Ali dikenal sebagai seorang pahlawan
yang gagah berani yang selalu mendampingi Rasulullah saw. Beliau dikenal
sebagai seorang Mujahid yang ditakuti oleh lawan-lawannya.
Seorang
yang telah mengalahkan pendekar-pendekar Kuffar, seperti Amer bin Abdi Wud,
Mirhab dari Khaibar serta pendekar-pendekar Kuffar yang lain yang tidak terhitung banyaknya.
Dalam
kehidupan sehari-hari, Imam Ali dikenal sebagai orang yang wara’ (sangat
berhati-hati dalam masalah hukum syariat), serta dikenal sebagai orang yang
taat beribadah. Hal ini sesuai dengan kesaksian Siti Aisyah Ummul Mu’minin,
dimana beliau pernah berkata bahwa dari orang laki-laki yang paling dicintai
Rasulullah saw adalah suami Fatimah (Imam Ali). Seorang yang menurut Siti
Aisyah, sebagai orang yang tekun melakukan shalat dan puasa. Imam Ali juga
dikenal sebagai orang yang alim, yang menguasai berbagai ilmu agama. Rasulullah
pernah bersabda:
“Saya
adalah kotanya ilmu dan Ali adalah pintunya.”
Di
samping sifat-sifat mulia itu semua, Imam Ali adalah salah seorang Ahlul Bait,
yang telah disucikan sesuci-sucinya oleh Allah SWT. Allah berfirman:
انما
يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا (الاحزاب : 33(
“Sesungguhnya
Allah hendak menghapuskan segala noda dan kotoran (dosa) dari kalian Ahlul Bait
dan berkehendak mensucikan kalian sesuci-sucinya.”
(QS. Al Ahzab: 33)
Selain
mendapatkan keistimewaan dan keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada Ahlul
Bait, Imam Ali juga mendapat keistimewaan-keistimewaan yang diberikan oleh
Allah kepada para sahabat. Hal mana karena beliau disamping sebagai Ahlul Bait,
beliau juga termasuk sahabat Rasulullah saw. Beliau adalah orang yang dicintai
oleh Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh setiap Mu’min. Hal ini dikuatkan
oleh keterangan Rasulullah saw, di mana menjelang perang Khaibar beliau berkata
kepada para sahabat:
“Besok
aku akan memberi (menyerahkan) bendera kepada seorang yang mencintai Allah dan
RasulNya serta dicintai oleh Allah dan RasulNya.”
Ternyata
besoknya yang diberi bendera adalah Imam Ali kw, sang pahlawan yang ditakuti
oleh lawan-lawannya.
Dalam
sahih Bukhari juga disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepada Imam
Ali:
أنت
منى وأنا منك (رواه البخارى(
“Engkau
sebagian dari aku dan aku sebagian darimu.” (HR. Bukhari)
Kemudian
Rasulullah saw juga pernah bersabda:
لا
يحبك الا مؤمن ولا يبغضك الا منافق (رواه مسلم والترمذى)
“Tidaklah
mencintaimu, kecuali seorang Mu’min dan tidaklah membencimu, kecuali seorang
Munafiq.” (HR. Muslim, Tirmidzi )
Pernah
terjadi, satu ketika Rasulullah saw sedang duduk-duduk di masjid bersama para
sahabat. ruangan itu penuh sesak, hampir tidak ada tempat lagi bagi orang yang
baru datang. Mereka dengan khusyu’ mendengarkan petuah-petuah Rasulullah saw.
Bagaikan ada burung yang hinggap diatas kepala mereka. Begitulah akhlak
anak-anak didik Rasulullah saw.
Dalam
suasana yang demikian itu, tiba-tiba muncul Imam Ali kw. Dan seperti biasanya
beliau langsung mencari tempat duduk. Tapi rupanya saat itu ruangan masjid
benar-benar penuh. Pada saat Imam Ali melihat ke kanan dan ke kiri mencari
tempat, tiba-tiba Sayyidina Abu Bakar yang duduk disebelah Rasulullah saw
bergeser-geser dan sambil memberi isyarat memanggil Imam Ali untuk duduk
diantara dirinya dan Rasulullah saw. Melihat apa yang dilakukan oleh Sayyidina
Abu Bakar tersebut, Rasulullah saw segera menoleh ke Sayyidina Abu Bakar dan
berkata:
لا
يعرف الفضل لاهل الفضل الآ اهل الفضل
“Tidak
mengetahui keutamaan bagi orang yang utama terkecuali orang yang utama.”
Demikian
para sahabat, mereka saling kasih sayang dan saling hormat menghormati. Dapat
kita lihat bagaimana cara Sayyidina Abu Bakar memberi tempat kepada Imam Ali.
Bukannya dia yang memilih mendekat ke Rasulullah saw, tapi beliau justru
memberi kesempatan kepada Imam Ali untuk duduk di sebelah Rasulullah saw. Hal
ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat baik dan saling menghormati antara
Imam Ali dengan para sahabat. Karenanya kami tidak sependapat dengan golongan
Syi’ah yang suka menggambarkan seakan-akan Imam Ali itu dimusuhi para Sahabat.
Sebab jelas sekali, bahwa pendapat yang demikian itu tidak didukung oleh
bukti-bukti yang akurat. Tujuan mereka hanya akan menyerang dan menjelekkan
para sahabat. Padahal akibatnya justru dapat mendiskriditkan Imam Ali kw. Benar
apa yang pernah disampaikan oleh Rasulullah saw bahwa kelak akan ada satu
golongan yang sepintas lalu seakan-akan mencintai Ahlul Bait, dan tanda-tanda
mereka suka mencaci maki Abu Bakar dan Umar.
Kalau
mereka itu benar-benar mencintai Imam Ali, maka semestinya mereka harus
mengikuti Imam Ali. Tapi kenyataannya mereka itu justru tidak suka mengikuti
apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Imam Ali.
Sebagai
contoh, lihat cara mereka memperingati hari Asyura, samakah dengan apa yang
dikerjakan oleh Imam Ali kw?
Diantara
keistimewaan Imam Ali adalah bahwa beliau itu tidak pernah sujud kepada
berhala. itulah sebabnya para ulama dalam menyebut nama beliau selalu ditambah
dengan kata “Karromallahu Wajhahu” dan dalam tulusan-tulisan sering disingkat
dengan KW.
Dalam
buku-buku sejarah disebutkan bahwa beliau lahir di Ka’bah. Di mana di saat
ibunya sedang berada di dekat Ka’bah, tiba-tiba merasa akan melahirkan. Beliau
segera masuk ke dalam Ka’bah dan tidak beberapa lama, lahirlah seorang bayi
laki-laki yang kemudian diberi nama Ali.
Sebenarnya,
waktu lahir beliau diberi nama Haidaroh oleh ibunya, tapi kemudian diganti Ali
oleh ayahnya.
Adapun
mengenai wafat Imam Ali, maka semua ahli sejarah menyatakan bahwa Imam Ali
wafat di kota Kufah. Beliau dipukul dengan pedang oleh Abdurahman bin Mul’jam,
seorang yang asalnya Syi’ah, yang kemudian berhianat, gara-gara Imam Ali kw
berdamai dengan Muawiyah.
Yang
disayangkan, makam Imam Ali tidak diketahui dengan pasti. Rupanya waktu itu
oleh keluarganya dirahasiakan, sebab takut dari orang-orang Khawarij, yang
dikuatirkan akan menggali makam beliau. Begitu pula mungkin takut dari
pengikut-pengikut Ibin Saba’ (orang-orang Syi’ah) yang selalu mengkultuskan
beliau, bahkan saat itu ada yang menganggapnya sebagai Tuhan.
Tapi
yang aneh, orang-orang Syi’ah sekarang beranggapan bahwa makam Imam Ali berada
di kota Najaf di Irak. Padahal jarak antara Kufah dengan Najaf lebih kurang
tujuh puluh kilometer dan saat itu untuk membawa jenazah beliau ke Najaf akan
memakan waktu berhari-hari. Jadi tidak mungkin makam itu merupakan makam Imam
Ali.
Karenanya
tidak ada ulama Sunni yang mengatakan bahwa itu adalah makam Imam Ali kw. Jika
makam yang ada di Najaf itu benar-benar makam Imam Ali, pasti yang lebih tahu
adalah keturunan Imam Ali, yaitu para Habaib.Tapi kenyataannya tidak satu
orangpun dari para Habaib yang mengatakan dan mengakui bahwa itu adalah makam
Imam Ali kw.
Adapun
mengenai makam yang ada di Najaf tersebut, maka menurut beberapa ulama, bahwa
makam tersebut adalah makam Mughiroh bin Syu’bah. Tapi oleh pengikut-pengikut
Ibn Saba’, makam itu disulap menjadi makam Imam Ali. Rupanya mereka menyesal,
setelah diantara mereka ada yang membunuh Imam Ali kw. Karenanya dalam usahanya
menutupi perbuatan mereka yang biadab itu, dibuatlah tempat untuk memuja Imam
Ali, dan sekaligus sebagai tempat untuk menyesali perbuatan mereka.
Selanjutnya
untuk menguatkan pendapat mereka tersebut oleh ulama-ulama Syi’ah, dibuatkan
hadits-hadits palsu dengan mencatut Imam Ja’far As Shodiq ra. wallahul Muwafiq
ila aqwamith Thariq