Mengapa Shalat Tak Mampu Cegah Perkara Keji Dan Munkar
"Sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar" . Begitulah firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 45. Namun ...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/04/mengapa-shalat-tak-mampu-cegah-perkara.html?m=0
"Sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar".
Begitulah firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 45. Namun pada
kenyataannya, banyak orang yang melakukan shalat, tetapi sama sekali
mereka tidak berhenti melakukan perbuatan keji, perkara munkar dan tidak
melakukan kebaikan. Akhlak mereka buruk dan gaya bicara mereka kasar
dan tidak sopan. Mereka juga tidak jujur dalam bermuamalah, bahkan
berbuat curang terhadap yang lain. Mengapa hal ini terjadi?.
Jawaban yang jelas ialah karena shalat yang dilakukan tidak sesuai dengan cara yang benar dan dianjurkan seperti yang diajarkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka tidak mau belajar ilmu shalat, dan tidak bersedia berfikir bagaimana memberbaiki shalatnya. Mereka hanya melakukan gerakan-gerakan shalat secara zahir dan sekadar ikut-ikutan (taqlid) orang lain.
Jawaban yang jelas ialah karena shalat yang dilakukan tidak sesuai dengan cara yang benar dan dianjurkan seperti yang diajarkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka tidak mau belajar ilmu shalat, dan tidak bersedia berfikir bagaimana memberbaiki shalatnya. Mereka hanya melakukan gerakan-gerakan shalat secara zahir dan sekadar ikut-ikutan (taqlid) orang lain.
Suatu
hari seorang sahabat memasuki masjid lalu melakukan shalat, sementara
Rasulullah SAW melihatnya. Setelah selesai shalat, Rasulullah SAW
bersabda: "Kembalilah dan shalatlah (lagi), sesungguhnya kamu tidak shalat". (HR. Al-Bukhari)
Dalam hadits ini ada
penjelasan, bahwa ada sebagian orang hanya melakukan gerakan-gerakan
shalat, padahal kenyataannya, mereka tidak melakukan shalat. Hal ini
disebabkan ketidakpahaman dan ketidakmauan untuk belajar masalah-masalah
agama, hingga sebagian rukun-rukun shalat ditinggalkan atau tidak
membaca dzikir-dzikir wajib dalam shalat yang sesuai dengan ajaran
syariat. Shalatnya pun menjadi batal, seolah-seolah ia tidak melakukan
shalat.
Melihat
hadits diatas, orang yang disuruh mengulangi shalat dalam hadits adalah
seorang sahabat yang keikhlasannya dalam melakukan ibadah tidak
diragukan lagi. Tetapi, Rasulullah menjelaskan bahwa shalatnya batal.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa ikhlas saja tidak cukup sebagai
barometer shahihnya sebuah ibadah. Keduanya-duanya, yakni ikhlas dan
pengetahuan akan tata cara beribadah harus ada dalam sebuah ibadah. Ibnu
Ruslan mengatakan:
وكل من بغير علم يعمل # أعماله مردودة لا يقبل
والله أرجو موجب الإخلاص # لكي يكون موجب الخلاص
والله أرجو موجب الإخلاص # لكي يكون موجب الخلاص
"Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya ditolak, tidak diterima. Kepada Allah saya mengharap pendorong keikhlasan, supaya menjadi lantaran menuju keselamatan".
Jika kita memahami keterangan di atas dengan baik, dapat diketahui bahwa seseorang yang melakukan shalat, dan ia mengerti syarat rukunnya sesuai dengan apa yang benar dan dianjurkan, maka Allah akan menciptakan dalam hatinya sebuah rahasia yang menjadikannya mampu melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Allah juga akan menanamkan di hatinya rasa cinta melakukan taat, dan membenci maksiat. Shalatnya pun mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, mampu membuatnya berakhlak yang baik dan ikhlas dalam ibadah.