Innalillah! KH Muhammad Idris Jauhari Wafat
Innaalillahi wa innaa ilaihi raji'un . Umat Islam Indonesia berduka. Salah satu putra terbaiknya, KH Muhammad Idris Jauhari, pimpin...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/06/innalillah-kh-muhammad-idris-jauhari.html?m=0
Innaalillahi wa innaa ilaihi
raji'un. Umat Islam Indonesia berduka. Salah satu putra terbaiknya, KH
Muhammad Idris Jauhari, pimpinan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep
Madura, Kamis (28/6) pukul 06.55 wib, meninggal dunia.
''KH Muhammad Idris Jauhari wafat
karena sakit,'' ungkap Ustaz Ja'far Shodiq, Humas Pondok Pesantren Al Amien
Prenduan Sumenep Madura melalui pesan singkat kepada Republika Kamis (28/6).
Ja'far lalu mengungkapkan pesan-pesan
almarhum yang disampaikan menjelang wafat. ''Agar para guru dan santri aktif
melaksanakan shalat jamaah lima waktu di masjid dan para guru terus konsen
sebagai mujahid tarbiyah,'' ungkap Ustaz Ja'far mengutip pesan almarhum.
Dalam pesannya, almarhum berharap
pondok bisa mandiri secara ekonomi, dengan cara mengembangkan potensi ekonomi
lewat unit-unit usaha yang ada. ''Kepada putra-putrinya dan kepala sekolah,
almarhum berharap dapat melanjutkan studi S2 hingga S3,'' papar Ustadz Ja'far.
Menurut Arpan, salah seorang alumni
yang pernah menjadi Kepala Sekretariat Pondok Pesantren Al Amien Prenduan,
almarhum adalah konseptor berdirinya Ma'had TMI Tarbiyatul Mu'allimin al
Islamiyah (TMI) Al-Amien Prenduan, Sumenep Madura.
''Almarhum adalah konseptor berdirinya
Ma'had TMI Amien Prenduan, Sumenep Madura,'' papar Arpan.
Arpan yang pernah menjadi guru selama
beberapa tahun di almamaternya lebih lanjut menjelaskan, almarhum kyai Idris
Jauhari sangat bangga dengan sistem Mu'allimien, sistem pendidikan khas
pesantren ala Gontor dan Al Amien.
''Ribuan alumni TMI Al Amien telah
lahir dan berkiprah di masyarakat. Sebut saja, misalnya Ahmadi Thaha mantan
wartawan dan penerjemah buku handal, Jamal D Rahman sastrawan, Zuhairi Misrawi
dan yang lainnya. Totalitas almarhum dalam membina masyarakat sangat luar
biasa,'' ungkap Arpan.
Menurut Ahmadi Thaha yang kini
menjabat Sekjen Persatuan Umat Islam (PUI) almarhum tak henti mendorong santri
untuk terjun langsung ke tengah masyarakat dengan mengajar dan mendidik mereka.
''Ilmu yang diberikan di pondok, dianggap memadai untuk untuk membimbing
umat,'' ucap Ahmadi Thaha.
Dulu, sambung mantan wartawan Tempo
ini, ketika memulai pesantren dari nol, almarhum selalu mendidik dengan
disiplin dan keras. ''Beliau juga ketat memegang prinsip-prinsip pesantren dan
enggan berkompromi terhadap hal-hal yang melanggar ajaran Islam, khususnya
akidah Islamiyah,'' jelasnya.
Almarhum yang lahir di Sumenep, 27
Dzulhijjah 1371 H/ 28 November 1952 M meninggalkan seorang istri, Ny. Hj.
Zahrotul Wardah, BA, lima anak dan tujuh cucu. Sebelum mendirikan Pondok
Pesantren Al Amien Prenduan, almarhum sempat menyantri di Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur (1965-1970).
Selama hidupnya, almarhum pernah
mengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep selama 18 tahun
(1971-1989). Almarhum juga menjadi Direktur Tarbiyatul Muallimin al Islamiyah
(TMI) Pondok Pesantren Al Amien Prenduan Sumenep selama 26 tahun (1971-2005).
Selain aktif mengasuh santri di Pondok
Pesantren Al Amien Prenduan Sumenep, almarhum juga dikenal sebagai pendiri
Jam’iyatul Qurra’ Wal Huffadz (JQH) TMI pada tahun 2007, menjadi koordinator
BASSRA Kabupaten Sumenep sejak 2007 hingga sekarang, serta menjadi Dewan
Penasehat Ta’mir Masjid Gemma Prenduan sejak 1971 hingga sekarang.
Sumber: http://www.republika.co.id