Sufi Libya Hadapi Kekerasan Kaum Salafi
Setelah 42 tahun berada dibawah kediktatoran Muammar Qaddafi, kalangan Sufi di Libya kini berada di bawah tekanan baru dari kalangan Fund...
https://mutakhorij-assunniyyah.blogspot.com/2012/06/sufi-libya-hadapi-kekerasan-kaum-salafi.html?m=0
Setelah 42 tahun
berada dibawah kediktatoran Muammar Qaddafi, kalangan Sufi di Libya kini berada
di bawah tekanan baru dari kalangan Fundamentalis Islam yang menyerang dan
mengatakan keyakinan mereka sesat.
Penodaan kuburan milik orang-orang suci Sufi dalam beberapa bulan terakhir ini telah membuat para Sufi bersikap defensif. Hal ini telah mendorong beberapa kelompok sufi untuk mengirim penjaga bersenjata di masjid-masjid dan pondok-pondok mereka demi menangkal kekerasan kaum fundamentalis.
Pada hari maulid Nabi Muhammad Saw, salah satu ritual tertinggi dalam tradisi sufi, yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu (04/02), para Sufi di Libya bertekad mengadakan prosesi tradisional mereka dengan melalui jalan-jalan yang ramai untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya mereka tidak merasa takut.
Pada pertemuan ulama Sufi untuk merencanakan perayaan Maulid, Syekh Al-Adl Aref Al-Hadad mengatakan dengan diusir-Nya zawiyah (sekolah Islam) akhir tahun lalu oleh para fundamentalis, yang dikenal sebagai kaum Salafi, tidak akan menghalangi dia dari perayaan Maulid yang akan dirayakan di tengah keramaian.
"Aku khawatir tapi aku tidak takut. Di Tripoli sebuah sekolah diserbu oleh pria bersenjata yang membakar perpustakaan, menghancurkan peralatan kantor dan menggali kuburan orang-orang bijaksana yang dimakamkan di sana. Mereka merubah sekolah itu menjadi sekolah Salafi,” kata Al-Hadad.
Pada 13 Januari lalu, para ekstrimis menjatuhkan buldoser pada sebuah dinding pemakaman tua di timur kota Benghazi, menghancurkan kuburan dan membawa pergi 29 mayat orang bijak dihormati oleh kaum sufi. Mereka juga menghancurkan sebuah sekolah sufi di dekatnya.
Kekerasan Yang Bermotif Politik
Para sufi dari
sekitar Tripoli akan berbaris pada hari Sabtu (04/02) dan melalui gang-gang
sempit kota tua yang berdinding. Mereka akan melambaikan bendera dan
menyanyikan puisi untuk memuji Nabi Muhammad Saw dengan menggunakan rebana.
Bagi kalangan Salafi puritan, praktek ini disebut bid’ah dan syirik (penyembahan berhala), yang merupakan dosa besar yang harus dihentikan dengan kekerasan jika perlu.
Bagi kalangan sufi, Orang-orang bijak harus dihormati, ulama dan orang-orang suci yang telah meninggal harus dihormati dengan cara diziarahi. Sementara para kaum fumdamentalis Islam seperti Wahhabi Arab Saudi atau Taliban Afghanistan menganggapnya sesat.
Bagi kalangan Salafi puritan, praktek ini disebut bid’ah dan syirik (penyembahan berhala), yang merupakan dosa besar yang harus dihentikan dengan kekerasan jika perlu.
Bagi kalangan sufi, Orang-orang bijak harus dihormati, ulama dan orang-orang suci yang telah meninggal harus dihormati dengan cara diziarahi. Sementara para kaum fumdamentalis Islam seperti Wahhabi Arab Saudi atau Taliban Afghanistan menganggapnya sesat.
Banyak kalangan menilai bahwa kekerasan yang dilakukan oleh kalangan fundamentalis terhadap kaum sufi merupakan gerakan yang bertujuan untuk mencapai kekuasaan politik. Sebagai bukti adalah kelompok Taliban di Pakistan telah menyerang tempat-tempat suci kaum Sufi dan beberapa masjid di sana dalam beberapa tahun terakhir. Begitu juga dengan serangan yang dilakukan Salafi terhadap Sufi pecah tahun lalu setelah demonstran Mesir menggulingkan Presiden Hosni Mubarak.
Terkepung Politik
Sufi Libya juga
khawatir mereka sedang terkepung politik. Banyak pejabat agama baru yang
memiliki kecenderungan Salafi. Menurut mereka, saat ini propanganda Salafi
sudah tersebar luas di televisi dan radio Libya.
Salafi juga mulai mencela imam tradisional. Mereka mendorong pihak yang berwenang untuk menggantikannya dengan kelompok mereka. "Sekitar setengah para imam di sini telah digantikan oleh Salafi," kata salah satu imam di sebuah masjid besar di Tripoli.
Partai-partai politik mulai dibentuk, termasuk Ikhwanul Muslimin. Salafi Libya belum mengumumkan apakah mereka berencana untuk meluncurkan partai dan pemilihan umum, seperti di Mesir.
Syeikh Muhammad Jafari, salah satu imam masjid mengatakan bahwa kaum Sufi harus membela keyakinan mereka.
"Sufi menjunjung nilai-nilai kasih dan persaudaraan. Kami percaya bahwa dengan dialog dan perbedaan pendapat kami ingin membangun Libya dalam keragaman," katanya.
Sumber: http://www.pelitaonline.com